KOMPAS.com - Pasien Covid-19 yang bergejala ada yang mengalami badai sitokin.
Kondisi pasien yang sedang menghadapi badai sitokin perlu diperhatikan karena berpotensi mengakibatkan kematian.
Diberitakan Kompas.com, 9 Mei 2021, sitokin merupakan protein kecil yang dilepaskan banyak sel berbeda dalam tubuh, termasuk pada sistem kekebalan yang mengoordinasikan respons tubuh untuk melawan infeksi dan memicu peradangan.
Istilah sitokin berasal dari kata Yunani yakni cyto (sel) dan kinos (gerakan).
Sementara, badai sitokin adalah kondisi saat pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami peningkatan kadar protein inflamasi di tubuh mereka terkait dengan infeksi yang parah hingga bisa menyebabkan kematian.
Berdasarkan temuan ilmuwan Inggris, seperti diberitakan Kompas.com, 13 Maret 2021, pasien Covid-19 yang meninggal tercatat hampir 10 kali lebih tinggi kadar sitokin di tubuhnya.
Para ilmuwan itu menyebutkan, peningkatan protein inflamasi terjadi untuk membantu mengidentifikasi beberapa penanda peradangan dalam darah yang meningkat pada tahap awal Covid-19, sebelum pasien dalam kondisi sakit parah.
Baca juga: Alami Badai Sitokin Setelah Sembuh Covid-19, Apa yang Perlu Diketahui?
Penanggung Jawab Logistik dan Perbekalan Farmasi RSUP Dr Kariadi Semarang, Mahirsyah Wellyan TWH menjelaskan, awal proses badai sitokin terjadi ketika merespons sistem kekebalan tubuh.
Saat virus SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.
Sitokin kemudian bergerak menuju jaringan yang terinfeksi dan berikatan dengan reseptor sel itu untuk memicu reaksi peradangan.
"Pada kasus Covid-19, sitokin bergerak menuju jaringan paru-paru untuk melindunginya dari serangan SARS-CoV-2," ujar Mahirsyah, seperti diberitakan Kompas.com, 16 Mei 2020.
Normalnya, sitokin hanya berfungsi sebentar dan akan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi.
Pada kondisi badai sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.
Akibatnya, paru-paru bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus.
Yang perlu diperhatikan, peradangan pada paru-paru itu bisa terus-menerus terjadi meski infeksi sudah selesai.