Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Memahami Followership: Kunci Sukses di Balik Kepemimpinan Efektif Zaman Now

Kompas.com - 28/06/2021, 07:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

“The real art of leadership is creating a world that other people want to belong to..”
Jim Morris – Pixar.

Kita mungkin menganggap bahwa peran pemimpin jauh lebih dominan dan penting daripada anggota dalam indikator performa organisasi. Anggapan itu wajar saja karena masing-masing punya aspek penilaian tertentu.

Dan memang benar bahwa kepemimpinan yang baik memiliki kontribusi yang signifikan terhadap laju organisasi.

Tetapi, saya ingin melemparkan beberapa pertanyaan sederhana yang mungkin bisa menjadi bahan renungan: siapa pemimpin jika tanpa kontribusi dari para anggota?

Bisakah seseorang disebut pemimpin hebat bila tidak memiliki pengakuan dari anggotanya?

Siapakah pemimpin bila tidak ada anggota yang mendukungnya?

Lalu, apakah pemimpin bisa memajukan organisasi jika anggotanya pasif dan selalu menjadi yes man?

Carsten, et.al (2017) menemukan bahwa manajer melaporkan kurangnya dukungan, motivasi, dan kontribusi untuk mencapai tujuan bila bekerja dengan anggota yang pasif yang hanya menunggu perintah dari atasan.

Dampaknya, jika sifat pasif anggota mengakar kuat, pemimpin akan kehilangan daya kepemimpinannya.

Berarti, pemimpin dan anggota hubungannya bersifat dua arah, bukan satu arah. Oleh karenanya, memahami anggota menjadi penting bagi setiap pemimpin.

Followership

Menilik definisi anggota atau bisa disebut followership, David B. Zoogah (2014) dalam bukunya, Strategic Followership: How Followers Impact Organizational Effectiveness, mendefinisikan mereka sebagai sebuah proses di mana individu, berdasarkan saling ketergantungan bersama, secara aktif memengaruhi orang lain dengan cara yang menghasilkan nilai bersama dari hubungan tersebut.

Artinya, mereka bukanlah individu yang pasif, melainkan bersama-sama bergerak untuk mewujudkan tujuan tertentu.

Tom MC Ifle (CEO Top Coach Indonesia) berpandangan, followership itu bukan pengikut yang buta. Tetapi, followership itu harus kritis bahkan berani menantang status quo.

Anggota yang seperti ini justru bisa membangun leadership yang kuat karena mereka berani protes dan memberikan pandangan-pandangan yang bisa meningkatkan daya gedor organisasi.

Lanjut menurut Coach Tom, organisasi yang baik bisa dibangun oleh great followership. Tom memberikan kriteria yang menarik bagaimana mental seorang great followership.

Mereka individu yang penuh dengan rasa syukur. Mereka siap untuk bertanggung jawab penuh atas semua tindakannya dan antusias dalam segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan mereka. Great Followership yang baik juga siap mendukung keputusan organisasi.

Ilustrasi leadership.SHUTTERSTOCK Ilustrasi leadership.

Selain itu, di dalam buku karya James H. Schindler (2015), Followership: What it Takes to Lead, dia berpendapat bahwa terdapat empat komponen penting dalam membangun great followership, yakni adanya kepercayaan anggota terhadap visi, misi, dan tujuan organisasi.

Anggota juga rela untuk mengesampingkan kepentingan pribadinya untuk kemajuan organisasi. Organisasi juga harus membangun kesetiaan anggota dan mereka harus fokus untuk meraih tujuan bersama.

Kesimpulannya, anggota punya peran yang signifikan dalam kemajuan organisasi. Dalam kalimat Gobble (2017), dunia membutuhkan anggota sama seperti dunia membutuhkan pemimpin. Dunia membutuhkan anggota – dalam artian anggota yang kreatif dan berani, sama banyaknya dunia membutuhkan pemimpin.

Mereka mendukung pemimpinnya, tetapi juga menanyakan hal-hal yang kritis, mendetail agar pemimpin mampu menemukan solusi yang lebih komprehensif.

Gobel menyimpulkan betapa pentingnya anggota setelah menganalisis berbagai penelitian tentang followership.

Menjadi anggota bukan berarti mereka lebih rendah dibandingkan pemimpin. Justru, mereka adalah komponen terpenting dalam keberhasilan organisasi.

Turun atau naiknya performa organisasi dipengaruhi oleh kinerja anggota kita. Karenanya, penting untuk mempedulikan dan memperlakukan mereka seperti selayaknya.

Bahkan, sebelum kita menduduki posisi sebagai manajer, direktur, ataupun jabatan C-level, kita harus melalui fase menjadi seorang anggota terlebih dahulu.

Namun, Tom juga bercerita bahwa justru banyak organisasi saat ini yang timpang membangun mental followership. Anggota harus dilengkapi dengan ilmu followership agar mereka bisa berkontribusi maksimal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com