KOMPAS.com - Menjelang hari raya Idul Fitri 1442 Hijriah, konflik antara Palestina dengan Israel kembali memanas.
Eskalasi konflik bermula dari upaya Israel menggusur paksa warga Palestina yang bermukim di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.
Warga pemukiman itu merespons dengan unjuk rasa, yang dibalas dengan blokade oleh polisi Israel dan ancaman pengusiran kepada siapapun yang terlibat unjuk rasa.
Baca juga: Konflik Palestina-Israel, Pengusiran Warga, dan Kecaman Internasional...
Ketegangan semakin meningkat pasca-kerusuhan yang terjadi di Masjid Al Aqsa, Jumat (7/5/2021) malam, ketika polisi Israel membubarkan warga Palestina yang tengah melaksanakan shalat tarawih.
Kemudian, pada Senin (10/5/2021), faksi Hamas di Jalur Gaza menembakkan roket ke arah Tel Aviv dan sejumlah wilayah Israel lainnya, sebagai respons atas tindakan Israel di Yerusalem.
Serangan roket Hamas itu dibalas Israel dengan membombardir Jalur Gaza menggunakan jet tempur, yang mengakibatkan kerusakan bangunan dan korban jiwa.
Baca juga: Soal Rencana Trump, Warga Gaza: Palestina Not For Sale!
Akibat konflik yang baru-baru ini terjadi, sedikitnya 35 warga Palestina tewas di Jalur Gaza, dan ratusan lainnya terluka saat kerusuhan di Masjid Al Aqsa.
Sementara itu, Israel melaporkan lima warganya tewas akibat serangan roket yang dilancarkan Hamas.
Konflik yang baru-baru ini terjadi menambah catatan panjang tragedi berdarah yang melanda Palestina.
Akar dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina kini, bahkan bisa dilacak hingga seratus tahun ke belakang.
Baca juga: Kisah Dalia al-Darwish, Perempuan Palestina yang Memiliki Lisensi Mengemudi Truk