Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maya Ghazal, Pengungsi Perempuan Suriah Pertama yang Jadi Pilot

Kompas.com - 09/03/2021, 12:31 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Maya Ghazal. Profilnya diulas dalam sebuah utas yang diunggah akun Twitter UN Refugee Agency, @refugees, pada Senin (8/3/2021), bertepatan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day.

Siapa Maya Ghazal? Maya adalah satu di antara jutaan pengungsi Suriah.

Dari tahun ke tahun, jumlah pengungsi secara global terus mengalami peningkatan. Bahkan 2019 menjadi tahun dengan jumlah pengungsi tertinggi sejak penghitungan statistika dimulai.

Tercatat, ada sekitar 79,5 juta pengungsi di seluruh dunia atau 1 pengungsi dari setiap 97 penduduk bumi pada akhir 2019.

Suriah masih menjadi negara dengan jumlah pengungsi terbanyak (6,6 juta) sejak perang meletus pada 2011.

Status sebagai seorang pengungsi tak menyurutkan semangat Maya Ghazal dalam meraih kesuksesan.

Maya Ghazal yang kini tinggal di Inggris merupakan pengungsi perempuan Suriah pertama yang menjadi pilot.

Tak hanya itu, Maya juga ditunjuk sebagai Goodwill Ambassador untuk Badan Pengungsi PBB UNHCR 2021 setelah komitmennya dalam memberikan dukungan selama 4 tahun.

Baca juga: Melihat Dua Drone Canggih Turki, Pengubah Permainan di Suriah

Ingin menjadi diplomat

Kala tumbuh di Damaskus dan menjalani pendidikannya sebagai seorang siswi, Maya memiliki keinginan menjadi seorang diplomat.

Namun, perang saudara di Suriah sejak 2011 mengubah segalanya.

"Itu adalah situasi ketika kebutuhan dasar hidup jauh lebih mahal dan tidak bisa diakses untuk semua orang," kata Maya dalam wawancara dengan UNHCR.

Bersama keluarganya, Maya pergi dari Damaskus pada 2015 dan memulai hidup baru di Inggris di bawah skema reunifikasi keluarga.

Saat itu, usianya baru 16 tahun.

Ketika pertama kali tiba di Inggris, dia berjuang dengan kendala bahasa dan merasa sulit untuk mendapatkan tempat di sekolah.

"Saya pikir mereka akan memandang rendah saya sebagai seseorang yang tidak berpendidikan, tidak terampil, tidak layak untuk bersekolah," jelas dia, dikutip dari World Economic Forum, 19 Desember 2019.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com