Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Pengaruh Lingkungan Nilai Akhlak, Pelajaran dari Putri Malu

Kompas.com - 24/11/2020, 09:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH mengetahui bahwa saya tertarik pada tanaman yang disebut sebagai Putri Malu (Mimosa pudica), maka mahaguru kemanusiaan saya, Sandyawan Sumardi memberikan sumbangsih dua pot berisi dua tanaman yang disebut sebagai Putri Malu.

Baca juga: Belajar Malu dari Putri Malu

Saling beda

Pak Sandy memberi tahu saya bahwa pot yang satu berisi tanaman Putri Malu yang diambil dari alam bebas sementara yang satu lainnya sudah dirawat dengan baik oleh Pak Sandy.

Semula saya tidak menyadari apa makna dari dua pot Putri Malu yang saling beda satu dengan lainnya mengenai latar belakang lingkungan alamnya.

Namun setelah saya lebih cermat mengamati kedua tanaman Putri Malu itu baru saya tersadar bahwa ada makna kemanusiaan di balik sumbangsih tanaman dari Pak Sandy itu.

Komparatif

Setelah saya lebih cermat amati maka tampil fakta bahwa tanaman Putri Malu yang berasal dari alam bebas maka belum terbiasa bersentuhan lahir-batin dengan manusia berperangai beda dengan tanaman Putri Malu yang telah dipelihara manusia maka sudah terbiasa bersentuhan lahir-batin dengan manusia.

Dedaunan Putri Malu yang berasal dari alam bebas lebih sensitif maka lebih cepat menutup atau menguncupkan diri apabila disentuh manusia atau tertiup angin.

Namun dedaunan Putri Malu yang sudah terbiasa dirawat oleh manusia ternyata relatif kurang sensitif terhadap pengaruh lingkungan maka hanya menguncupkan diri apabila disentuh secara berulang kali.

Kesimpulan

Maka berdasar observasi komparatif atas perilaku dua Putri Malu saling beda latar belakang lingkungan dapat ditarik kesimpulan bahwa tanaman Putri Malu yang telah terbiasa hidup bersama manusia lebih tidak tahu malu ketimbang tanaman Putri Malu yang berasal dari alam bebas.

Berarti di samping memiliki perasaan, tanaman Putri Malu memiliki daya adaptif demi menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Kesimpulan serupa juga dapat diamati pada perilaku anjing yang sudah terbiasa hidup domestikal bersama manusia dibandingkan dengan serigala yang terbiasa hidup bebas di alam bebas tanpa bersentuhan lahir-batin dengan manusia.

Saya pribadi merasakan analogi dengan perbedaan perilaku manusia yang tidak malu melakukan korupsi dengan perilaku manusia yang malu melakukan korupsi.

Masing-masing terpengaruh perbedaan lingkungan nilai serta akhlak satu dengan lainnya.

Tentu saja itu hanya kesimpulan subyektif saya sendiri belaka. Jika tidak setuju dan jika Anda punya waktu untuk melakukannya, silakan Anda membuat kesimpulan Anda sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com