Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Daya Gravitasi Bumi di Setiap Daerah Berbeda?

Kompas.com - 10/11/2020, 13:25 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video yang memperlihatkan tentang perbedaan kekuatan gravitasi di bumi ramai diperbincangkan warganet di media sosial Twitter.

Video itu diunggah akun @semestasains pada Kamis (5/11/2020).

Dalam keterangan video, akun tersebut menyebut jika beberapa zona di bumi memiliki kekuatan gravitasi yang berbeda-beda. 

Perbedaan kekuatan gravitasi di tiap zona ditandai dengan warna berbeda. Merah untuk menunjukkan gravitasi kuat, kuning untuk gravitasi sedang, dan biru untuk gravitasi lemah.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Kembaran Bulan Bumi di Dekat Planet Mars

Gravitasi di wilayah Indonesia kuat

Wilayah Indonesia memiliki gravitasi kuat.Screenshot video Twitter @semestasains Wilayah Indonesia memiliki gravitasi kuat.

Dalam video itu, wilayah kepulauan Indonesia, terlebih pulau Jawa, ditandai dengan warna merah yang menunjukkan gravitasi tergolong kuat.

Terkait dengan video tersebut, Guru Besar Fisika Teori FMIPA IPB, Husin Alatas, menjelaskan kekuatan gravitasi dipengaruhi oleh konsentrasi massa sebuah benda.

Semakin besar konsentrasi massa sebuah benda, kata dia, maka semakin besar medan gravitasi yang dihasilkan.

"Gaya gravitasi merupakan gaya tarik-menarik antara dua buah benda bermassa meski tidak bersentuhan. Di sekitar sebuah benda bermassa terdapat medan gravitasi, yang apabila terdapat benda lain di sekitarnya maka benda di dekatnya tersebut akan mendapatkan gaya gravitasi," kata Husin saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/11/2020).

Baca juga: Ilmuwan Temukan Dua Planet Melakukan ‘Tarian Gravitasi’

Husin mengatakan, dalam pengalaman sehari-hari, medan gravitasi tidak lain adalah besar percepatan (perubahan kecepatan) yang dialami benda yang jatuh.

Dia menjelaskan, pada gambar terlihat bahwa daerah dengan warna merah memiliki medan gravitasi yang relatif paling besar dari daerah dengan warna lain.

Dengan kata lain, sebuah benda jatuh lebih cepat di daerah merah tersebut dibanding di daerah dengan warna lain.

Hal tersebut menunjukkan daerah tersebut terdapat konsentrasi massa yang lebih besar dibanding yang berwarna lainnya.

"Untuk Indonesia, mengingat kita adalah negara kepulauan dengan banyak pegunungan aktif, terutama di pulau Jawa, banyaknya pegunungan aktif tersebut menandakan besarnya konsentrasi massa yang menjadi penyebab besarnya medan gravitasi," kata Husin.

Baca juga: Tak Perlu Jadi Vegan Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim, asalkan...

Bisakah dirasakan?

Meski ada perbedaan kekuatan gravitasi bumi di tiap daerah, Husin mengatakan hal itu tidak akan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

"Sepertinya tidak, perbedaannya cukup kecil dan tidak signifikan," ujar dia.

Dia menjelaskan, kekuatan gravitasi bumi bervariasi antara 9,78 meter per detik kuadrat (rata-rata di ekuator) sampai 9,80 meter per detik kuadrat (rata-rata di kutub bumi).

"Mengapa di kutub lebih besar angkanya sedikit? Karena akibat rotasi bumi, bentuk bumi menjadi berbentuk sedikit elips di mana jari-jari dari pusat bumi ke kutub lebih kecil dibanding ke ekuator," kata Husin.

"Hal ini menyebabkan konsentrasi massa di daerah kutub lebih besar di banding ekuator secara rata-rata," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com