Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efektifkah Mendasari Kebijakan Covid-19 Berdasarkan Sistem Zonasi?

Kompas.com - 17/06/2020, 18:55 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai usaha untuk menangani pandemi Covid-19 yang merebak sejak awal tahun di hampir seluruh negara di dunia, beragam upaya dilakukan oleh negara-negara untuk bisa mengendalikan wabah.

Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem zonasi wilayah untuk memudahkan otoritas terkait mengambil kebijakan yang tepat.

Masing-masing zona memiliki tingkat keparahan kasus yang berbeda-beda.

Untuk pemberlakuan di Indonesia terdapat 4 zona, yakni zona hijau untuk wilayah yang tidak atau belum terdampak, zona kuning dengan risiko rendah, zona oranye untuk risiko sedang, dan zona merah untuk wilayah dengan risiko tinggi.

Tidak hanya Indonesia yang menerapkan sistem zonasi wilayah untuk Covid-19, Malaysia pun melakukan hal yang sama.

Dikutip dari NST, (16/4/2020), klasifikasi zona yang diberlakukan pun sama dengan yang ada di Indonesia, yakni terdiri dari 4 zona, hijau, kuning, oranye, dan merah.

Sistem zonasi di Malaysia didasarkan pada masing-masing pusat kesehatan yang ada di negara tersebut, namun ke depannya akan diubah berdasar pada jumlah infeksi yang tercatat di setiap wilayah kecamatan.

Baca juga: 28.233 Kasus Covid-19 di Indonesia, Ini Arti Zona Merah, Oranye, Kuning, dan Hijau

Membatasi persebaran virus

Sementara itu, melansir The Conversation, 17 April 2020 sistem zonasi disebutkan lebih efektif untuk membatasi atau memutus persebaran virus dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya.

Misalkan hanya diberlakukan pembatasan bepergian maksimal 10 kilometer dari rumah, maka seseorang bisa saja bertemu dengan orang lain pembawa virus di suatu tempat dalam radius jangkauan itu.

Padahal si pembawa virus tadi merupakan orang yang juga bisa pergi dan bertemu dengan orang-orang dengan jarak yang sama, 10 km dari rumahnya.

Ini berarti interaksi tidak akan terputus, virus tetap dapat menyebar dalam wilayah yang luas meski pergerakan masyarakat dibatasi.

Berbeda halnya dengan pembatasan yang didasarkan pada zona wilayah. Jadi seseorang hanya diizinkan untuk bergerak di wilayah tertentu dan tidak bisa keluar dari wilayah tersebut, tidak juga bisa memasuki wilayah lainnya.

Dengan demikian, virus tidak akan meluas ke wilayah lain, dan penanganan di satu wilayah bisa lebih terfokuskan.

Zonasi semacam ini berhasil dilakukan di China, terutama di Wuhan sebagai episentrum pandemi ketika itu.

Baca juga: INFOGRAFIK: Pandemi Covid-19, Arti Zona Merah, Oranye, Kuning dan Hijau

Umat Muslim menunaikan shalat Jumat di Masjid Agung Al-Barkah, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat, (29/5/2020). Kota Bekasi menjajaki hidup normal baru atau new normal dengan mengizinkan warganya kembali menggelar shalat Jumat di masjid di 50 kelurahan zona hijau atau bebas Covid-19 pada Jumat (29/5/2020). Shalat Jumat digelar dengan protokol ketat pencegahan Covid-19 dan hanya diikuti terbatas oleh warga yang bermukim di sekitar masjid.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Umat Muslim menunaikan shalat Jumat di Masjid Agung Al-Barkah, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat, (29/5/2020). Kota Bekasi menjajaki hidup normal baru atau new normal dengan mengizinkan warganya kembali menggelar shalat Jumat di masjid di 50 kelurahan zona hijau atau bebas Covid-19 pada Jumat (29/5/2020). Shalat Jumat digelar dengan protokol ketat pencegahan Covid-19 dan hanya diikuti terbatas oleh warga yang bermukim di sekitar masjid.

Indonesia

Melihat kondisi Indonesia, sistem zonasi dapat dinilai memiliki kekurangan dan kelebihan untuk dijadikan sebagai acuan pengambilan kebijakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com