Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Besar soal Pengobatan Covid-19 yang Diterbitkan Dua Jurnal Ditarik, Apa Alasannya?

Kompas.com - 06/06/2020, 20:03 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi tentang virus corona Covid-19 yang diterbitkan pada dua jurnal terkemuka ditarik kembali setelah penulis tidak dapat melakukan verifikasi data yang digunakan.

Sebelumnya, studi tersebut telah menunjukkan hasil yang mengejutkan dan mengubah jalannya penelitian dalam pandemi virus corona ini.

Sebuah studi menyebutkan, obat antimalaria tertentu yang digunakan untuk menyembuhkan Covid-19, sebenarnya berbahaya bagi pasien.

Selain itu, diterbitkan pula dalam jurnal lain yang menemukan bahwa beberapa obat tekanan darah tidak meningkatkan risiko Covid-19 dan mungkin bersifat melindungi.

Kedua studi tersebut dipimpin oleh seorang profesor di Harvad.

Keduanya menggunakan sebuah database internasional dari catatan medis pasien yang belum pernah didengar sejumlah ahli.

Pada Kamis (4/6/2020), studi-studi tersebut ditarik kembali oleh jurnal-jurnal ilmiah yang menerbitkannya, yaitu The New England Journal of Medicine dan The Lancet.

Pasalnya, penulis tidak dapat melakukan verifikasi data dari hasil yang ditemukan tersebut.

Baca juga: Studi: Obat Tekanan Darah Diklaim Bantu Lindungi Tubuh dari Covid-19

Kritik dan kekhawatiran terhadap standar studi

Penarikan kembali studi-studi tersebut mungkin mengembuskan udara segar bagi obat-obat anti-malaria seperti hydroxychloroquine dan chloroquine.

Melansir New York Times, Kamis (4/6/2020), pada Rabu (3/6/2020), setelah pihak penerbit jurnal menyampaikan perhatian dan kekhawatiran atas studi tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengumumkan untuk melanjutkan uji coba obat-obatan.

Namun, penarikan ini juga menimbulkan keresahan terhadap penelitian ilmiah dari pandemi yang masih menyebar ini.

Ribuan penelitian diunggah di situs-situs dan jurnal-jurnal online dengan sedikit atau tanpa peer review

Muncul kritik terkait kekhawatiran dari standar jurnal-jurnal saat menghadapi tekanan untuk memeriksa dan menyebarluaskan laporan-laporan ilmiah baru dengan cepat.

"Sekarang jelas bagi saya bahwa dalam harapan saya untuk dapat berkontribusi pada penelitian ini di waktu yang sangat dibutuhkan, saya tidak melakukan upaya yang cukup untuk memastikan bahwa sumber data layak untuk digunakan," kata Dr Mandeep Mehra.

"Untuk itu, saya benar-benar minta maaf," lanjut dia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com