Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Melandai, Kasus Corona di Korea Selatan Kembali Melonjak, Ini Penyebabnya...

Kompas.com - 10/05/2020, 14:45 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Korea Selatan dalam sebulan terakhir telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam upaya penanganan virus corona di negara itu.

Sempat menjadi salah satu episentrum penyebaran virus di luar China, Korea Selatan diketahui berhasil menekan angka pertumbuhan kasus baru Covid-19.

Dari sebelumnya angka penambahan per hari tertinggi di angka 851 kasus di awal Maret lalu, Negeri Ginseng ini bisa menekannya ke angka 1 digit saja.

Baca juga: Klaster Baru Virus Corona Korea Selatan Muncul dari Klub di Seoul

Sempat nol kasus

Bahkan, pada Rabu (6/5/2020) kemarin tidak terdapat penambahan kasus sama sekali atau nol kasus.

Namun, pada Sabtu (9/5/2020), angka kasus baru di Korea Selatan kembali meningkat. Tercatat ada 34 kasus baru Covid-19 dalam satu hari, sebagaimana disampaikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KCDC).

Dikutip dari The Korea Herald, Minggu (10/5/2020) jumlah ini merupakan yang tertinggi sejak 9 April 2020.

Padahal sejak pertengahan April 2020, jumlah kasus baru terpantau stabil ada di bawah 30 kasus, ada juga yang hanya di bawah 10 kasus, bahkan nihil.

Sehingga dengan penambahan ini total kasus infeksi virus corona di Korea Selatan mencapai 10.874 kasus.

Sementara untuk kasus kematian masih belum berubah, yakni sebanyak 256 kasus per Sabtu (9/5/2020) malam.

Baca juga: Pasien Sembuh Covid-19 di Korsel Kembali Dites Positif, Ternyata Ini Penjelasannya...

Kurva kasus baru infeksi covid-19 di Korea Selatan yang telah menurun drastisWorldometer Kurva kasus baru infeksi covid-19 di Korea Selatan yang telah menurun drastis

Dari klaster klub Itaewon

Kepala KCDC Jeong Eun-kyeong menyebut kasus-kasus baru ini diketahui sebagian besar berasal dari klaster Itaewon. Setidaknya 24 di antaranya memiliki kaitan dengan Itaewon.

Di hari yang sama, Perdana Menteri Chung Sye-kyun menginstruksikan para pejabat untuk menemukan 1.510 orang yang pernah mengunjungi klub di Itaewon pekan lalu. 

Apabila telah ditemukan, mereka harus diuji untuk mengetahui apakah terinfeksi corona atau tidak.

Untuk itu, KCDC mendesak semua pengunjung klub untuk melakukan tes dan mengisolasi diri secara mandiri untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyebaran virus.

Wali Kota Seoul, Park Won-soon pun menerapkan kebijakan penutupan klub, bar, dan berbagai tempat hiburan malam di Ibu Kota Korea Selatan itu.

Sebelum lonjakan kasus ini kembali terjadi, Korea Selatan telah melonggarkan pembatasan atau aturan terkait Covid-19. Orang-orang sudah dimungkinkan melakukan kegiatan di luar ruangan dan menghadiri acara publik juga kegiatan keagamaan.

Namun dengan adanya peningkatan ini, tindakan pencegahan akan tetap diberlakukan sampai pemberitahuan lebih lanjut, tanpa ada tanggal pasti yang ditentukan.

Baca juga: Warga Korea Selatan Mulai Beraktivitas Normal Setelah Kasus Covid-19 Menurun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Tren
Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Tren
Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Tren
Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com