KOMPAS.com - Kleptomania masuk dalam daftar pencarian terpopuler di Google. Banyak orang ingin mengetahui soal kleptomania setelah menyaksikan drama Korea The World of The Married Couple yang kini tengah diminati.
Kleptomania, atau sering disebut klepto, kerap kita dengar, dan biasanya dikaitkan dengan kebiasaan mencuri.
Tahukah Anda, kleptomania berbeda dengan pencurian terkait tindak kriminal?
Psikolog yang juga berprofesi sebagai dosen psikolgi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Laelatus Syifa mengatakan, ciri klinis klepto adalah mencuri secara berulang dan penderita merasa tidak mampu mengendalikan keinginan tersebut.
"Ada perasaan puas ketika melakukannya. Meskipun ada rasa puas, penderita juga bisa merasa bersalah setelah melakukannya," kata Laelatus saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (9/5/2020).
Barang yang diambil oleh seseorang dengan kleptomania bukan barang yang mereka butuhkan.
Melansir Healthline, dalam kebanyakan kasus, orang dengan kleptomania seringkali mencuri barang yang bernilai kecil.
Bahkan, mereka sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli barang tersebut dengan membayar.
Kleptomania, lanjut Laelatus, merupakan gangguan jiwa yang berbeda dengan pencurian dalam tindak kriminal.
Hal ini tak seperti kebanyakan kasus pencurian kriminal, di mana barang-barang yang dicuri karena kebutuhan, harganya sangat mahal atau barang berharga.
Baca juga: Apa itu Kleptomania?
Menurut Laelatus, orang dengan kleptomania menyadari bahwa dirinya mengambil barang.
Namun, keinginan mencuri itu muncul dan tidak bisa dikendalikan. Penderitanya merasakan perasaan tegang sebelum mengambil, tetapi merasa puas setelah melakukannya.
"Dan keinginan ini berulang," ujar dia.
Meskipun demikian, banyak kleptomaniak yang juga merasa bersalah atau menyesal setelah melakukan pencurian.
Akan tetapi, ia benar-benar tidak mampu menahan keinginan tersebut.