KOMPAS.com - Hari ini 56 tahun lalu, tepatnya 25 Februari 1964, Cassius Clay atau Muhammad Ali, yang baru berusia 22 tahun mengalahkan juara tinju kelas berat dunia, Sonny Liston.
Cassius Clay juga berhasil meraih gelar juara dunia pertamanya di kategori tersebut.
Sebelumnya, Liston mengalahkan mantan juara, Floyd Patterson, dalam satu ronde. Namun, Clay meramalkan bahwa ia akan menang dan melumpuhkan Liston dalam delapan ronde.
Clay merupakan seorang anak muda cerdik yang kemudian dikenal sebagai Muhammed Ali.
Namun, saat melawan Liston, ia memerlukan sedikit waktu yang lebih lama untuk mewujudkan ramalannya.
Beberapa waktu setelah lonceng putaran ketujuh, ia baru berhasil menjadi juara kelas berat yang baru.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Presiden AS Andrew Johnson Dimakzulkan
Cassius Marcellus Clay Jr. alias Muhammad Ali lahir di Louisville, Kentucky, pada tahun 1942. Ia mulai bertinju pada usia 12 tahun.
Saat berusia 18 tahun, Clay telah mengumpulkan rekor sebanyak lebih dari 100 kemenangan dalam berbagai kompetisi amatir.
Pada tahun 1959, ia memenangkan gelar kelas berat International Golden Gloves dan memperoleh medali emas kategori kelas berat ringan di Olimpiade Musim Panas di Roma pada tahun 1960.
Kemudian, Clay menjadi profesional di bidang tinju setelah olimpiade dan tidak terkalahkan dalam 19 pertarungan pertamanya.
Keberhasilan ini memberinya hak untuk menantang Sonny Liston, yang mengalahkan Floyd Patterson pada tahun 1962 untuk memenangkan gelar kelas berat.
Pada 25 Februari 1964, sebanyak 8.300 penonton berkumpul di arena Convention Hall, Miami Beach, untuk menyaksikan apakah Cassius Clay dapat membuktikan perkataannya.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 22 Februari 1967, Soekarno Serahkan Kekuasaan kepada Soeharto
Clay alias Ali berhasil membuktikan bahwa tidak mampu mengalahkan Liston. Liston sempat melukai bahu Clay pada ronde pertama.
Kemudian, ia memutuskan untuk menghentikan pertarungan di antara ronde keenam dan ketujuh. Saat itu, Liston dan Clay memiliki poin yang hampir sama.
Beberapa orang menduga bahwa Liston sengaja memalsukan cedera, tetapi tidak ada bukti nyata yang mendukung klaim ini.