Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Lebih Kuat dari Serangan Terorisme, Virus Corona Musuh Publik Nomor 1

Kompas.com - 12/02/2020, 14:30 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa wabah virus corona China menimbulkan ancaman yang sangat serius bagi dunia dan harus dipandang sebagai "Musuh Publik Nomor 1".

Pernyataan ini disampaikan pada Selasa, 11 Februari lalu.

Mengutip Reuters, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak negara-negara di dunia untuk meningkatkan langkah-langkah dalam mendeteksi dan mengendalikan virus corona. Terutama di lebih dari 30 negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah.

Di negara-negara tersebut, virus ini disebut dapat menciptakan 'kekacauan'.

Terbaru, virus corona Wuhan ini telah memiliki nama baru, yaitu COVID-19, tanpa asosiasi geografis.

Tedros, merujuk pada langkah-langkah pemerintah saat melawan terorisme, mengatakan bahwa virus bisa menjadi lebih kuat untuk menciptakan kekacauan.

"Sejujurnya, sebuah virus lebih kuat dalam menciptakan pergolakan politik, ekonomi, dan sosial daripada serangan teroris manapun," ucapnya.

Baca juga: Bantah Sepi karena Virus Corona, Bali Tetap Diminati Wisatawan

Menurutnya, jika dunia tidak segera bangkit dan menganggap virus ini sebagai musuh publik nomor 1, tidak ada pelajaran yang dapat segera diperoleh dari wabah ini.

"Kita masih berada dalam strategi penahanan dan tidak boleh membiarkan virus memiliki ruang untuk melakukan penularan lokal," kata Tedros. 

Berdasarkan data real time yang dikumpulkan oleh John Hopkins University, total kasus virus corona di seluruh dunia telah mencapai 45.183 kasus infeksi dengan 1.115 kasus kematian dan 4.849 orang yang sembuh.

Vaksin siap dalam waktu 18 bulan 

WHO memulai pertemuan selama dua hari untuk berbagi tentang sampel virus dan mempercepat riset menjadi obat dan vaksin. 

"Vaksin pertama dapat siap dalam waktu 18 bulan. Jadi, kita harus melakukan apapun saat ini, menggunakan senjata yang kita punya untuk melawan virus ini sembari mempersiapkan untuk jangka panjang dengan vaksin ini," ungkap Tedros.

Tedros juga merujuk pada beberapa contoh kasus dari orang-orang yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke China, seperti pada kasus yang ditemukan minggu ini di Perancis dan Inggris.

Lima warga negara Inggris didiagnosis terinfeksi virus corona di Perancis, setelah tinggal dalam pondok ski dengan orang yang pernah pergi ke Singapura. 

Banyak pertanyaan yang masih belum terjawab tentang asal virus, yang muncul dari pasar di pusat kota China, Wuhan, pada Desember lalu. 

"Kami berharap bahwa salah satu hasil dari pertemuan ini akan menjadi sebuah persetujuan untuk roadmap bagi seluruh penelitian dimana para peneliti dan donatur akan berjalan selaras," kata Tedros.

Baca juga: Saat Virus Corona Diprediksi Berakhir pada April 2020...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com