Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Indonesia, Anak Miskin akan Tetap Miskin Ketika Dewasa

Kompas.com - 15/11/2019, 07:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Editor

KOMPAS.com - Di Indonesia, anak yang tumbuh di keluarga miskin, akan tetap miskin ketika dewasa.

Kesimpulan ini ditemukan oleh para peneliti dari Smeru Research Institute lewat penelitian berjudul Effect of Growing up Poor on Labor Market Outcomes: Evidence from Indonesia, yang dipublikasikan oleh Asian Development Bank Institute.

Penelitian itu mengungkap, anak yang pada usia 8-17 tahun hidup dalam kemiskinan, ketika bekerja pendapatannya akan 87 persen lebih rendah dari mereka yang kecilnya tidak miskin.

Kesimpulan ini didapat lewat penelitian jangka panjang terhadap 22.000 orang dari 7.224 keluarga dari tahun 1993, 2000, 2007, dan 2014.

Baca juga: Ternyata Garis Kemiskinan Indonesia di Bawah Standar Dunia

Mereka yang diteliti berasal dari 13 provinsi dan mewakili 83 persen populasi Indonesia.

Para peneliti mencatat mereka yang berusia 8-17 pada 2000 dan 2007. Mereka kemudian dikontak lagi setelah dewasa.

Ada tujuh hal yang tadinya dikira sebagai indikator atau penentu orang miskin. Para peneliti mendata ketujuh indikator ini baik dari mereka yang miskin dan tidak.

Adapun kemiskinan yang dimaksud adalah mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan pemerintah.

Ketujuh indikator yang dicatat para peneliti yakni kemampuan kognitif dan matematika, lama bersekolah, kapasitas paru-paru, informasi tentang bagaimana mereka mendapat pekerjaan, dan kesehatan mental.

Baca juga: Jokowi: Lanjutkan Perjuangan Pahlawan, Berantas Kemiskinan dan Kesenjangan

"Contoh, karena miskin, maka tidak sehat. Jadi, pada saat dewasa sakit-sakitan, dan akhirnya tidak bisa sukses di dunia kerja," kata salah satu penelitinya, Daniel Suryadarma kepada Kompas.com, Rabu (14/11/2019).

Namun para peneliti menemukan bahwa tidak ada satu pun dari tujuh hal itu yang bisa mengindikasikan anak akan tetap miskin setelah dewasa.

"Jadi, ada mediator lain yang tidak ada di data yang menjelaskan hubungan antara kemiskinan saat kecil dan pendapatan saat dewasa," ujar Daniel.

Daniel dan kawan-kawannya belum bisa memastikan apa yang membuat anak-anak sulit lepas dari jerat kemiskinan ketika dewasa.

Yang bisa dipastikan, anak-anak miskin ini punya selisih pendapat hingga 91 persen dibanding mereka yang kecilnya tidak pernah miskin.

Baca juga: Mendes: Peningkatan Aktivitas Ekonomi Bisa Atasi Kemiskinan di Desa

Mereka yang paling terpuruk yang berada di kelompok kedua termiskin dari bawah. Mengapa bukan yang termiskin yang paling menderita?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com