Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Di Indonesia, Anak Miskin akan Tetap Miskin Ketika Dewasa

Kesimpulan ini ditemukan oleh para peneliti dari Smeru Research Institute lewat penelitian berjudul Effect of Growing up Poor on Labor Market Outcomes: Evidence from Indonesia, yang dipublikasikan oleh Asian Development Bank Institute.

Penelitian itu mengungkap, anak yang pada usia 8-17 tahun hidup dalam kemiskinan, ketika bekerja pendapatannya akan 87 persen lebih rendah dari mereka yang kecilnya tidak miskin.

Kesimpulan ini didapat lewat penelitian jangka panjang terhadap 22.000 orang dari 7.224 keluarga dari tahun 1993, 2000, 2007, dan 2014.

Mereka yang diteliti berasal dari 13 provinsi dan mewakili 83 persen populasi Indonesia.

Para peneliti mencatat mereka yang berusia 8-17 pada 2000 dan 2007. Mereka kemudian dikontak lagi setelah dewasa.

Ada tujuh hal yang tadinya dikira sebagai indikator atau penentu orang miskin. Para peneliti mendata ketujuh indikator ini baik dari mereka yang miskin dan tidak.

Adapun kemiskinan yang dimaksud adalah mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan pemerintah.

Ketujuh indikator yang dicatat para peneliti yakni kemampuan kognitif dan matematika, lama bersekolah, kapasitas paru-paru, informasi tentang bagaimana mereka mendapat pekerjaan, dan kesehatan mental.

"Contoh, karena miskin, maka tidak sehat. Jadi, pada saat dewasa sakit-sakitan, dan akhirnya tidak bisa sukses di dunia kerja," kata salah satu penelitinya, Daniel Suryadarma kepada Kompas.com, Rabu (14/11/2019).

Namun para peneliti menemukan bahwa tidak ada satu pun dari tujuh hal itu yang bisa mengindikasikan anak akan tetap miskin setelah dewasa.

"Jadi, ada mediator lain yang tidak ada di data yang menjelaskan hubungan antara kemiskinan saat kecil dan pendapatan saat dewasa," ujar Daniel.

Daniel dan kawan-kawannya belum bisa memastikan apa yang membuat anak-anak sulit lepas dari jerat kemiskinan ketika dewasa.

Yang bisa dipastikan, anak-anak miskin ini punya selisih pendapat hingga 91 persen dibanding mereka yang kecilnya tidak pernah miskin.

Mereka yang paling terpuruk yang berada di kelompok kedua termiskin dari bawah. Mengapa bukan yang termiskin yang paling menderita?

"Salah satu penjelasannya karena mereka lebih sering naik-turun status kemiskinan, kadang miskin, kadang tidak. Jadi bisa saja kadang dapat bantuan pemerintah, kadang tidak. Kalau yang paling miskin kan hampir selalu dapat bantuan," kata Daniel.

Keluarga miskin membesarkan anak-anak yang ketika dewasa menjadi tenaga kerja berpenghasilan rendah, bahkan setara dengan mereka yang punya keterbatasan fisik atau disabilitas.

Penelitian itu juga mengutip penelitian yang menyebutkan bahwa mereka yang berpenghasilan tinggi ketika dewasa, bukan karena punya keahlian lebih.

Sebab anak-anak dari keluarga miskin yang punya keahlian lebih, nyatanya juga tak bisa sesukses anak-anak yang tak miskin.

"Temuan di Indonesia ini mirip dengan di negara lain," kata Daniel.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/15/070000565/di-indonesia-anak-miskin-akan-tetap-miskin-ketika-dewasa

Terkini Lainnya

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Tren
Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Tren
Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Tren
Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke