Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sebut Komentar Istri TNI soal Wiranto Jadi Sinyal Tertentu

Kompas.com - 13/10/2019, 16:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Komentar bernada negatif yang disampaikan para istri prajurit TNI di media sosial atas kasus penusukan Wiranto disebut sebagai satu sinyalmen kuat adanya gap yang terjadi antara tataran atas dan bawah.

Sosok Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan HAM (Menkopolhukam) Wiranto diasosiasikan sebagai pucuk pimpinan di pusat dan dekat dengan kekuasaan, sementara mereka ada di bawah dan berada langsung di lapangan sebagai pihak yang dikenai berbagai bentuk kebijakan.

Pandangan ini dikemukakan oleh Dosen Sosiologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si.

“Di tingkat lapangan itu ada gap dengan tingkat pusat, di situ itu yang kemungkinan ada gap antara misi, visi yang ditetapkan Pak Wiranto sebagai pimpinan puncak di Jakarta dengan para pelaksana di lapangan di bawah,” kata Drajat kepada Kompas.com, Sabtu (12/10/2019).

Dan apa yang dilakukan oleh sejumlah istri prajurit tempo hari sebaiknya ditangkap sebagai sinyalemen keberadaan gap ini.

“Itu indikator adanya gap antara stategi policy di atas dan di lapangan. Gap ini perlu untuk dideteksi sejak dini, sebenarnya ibu-ibu ini alat deteksi yang paling cepat,” ujar Drajat.

Baca juga: Pakar: Komentar Istri TNI Soal Penusukan Wiranto Tak Cerminkan Institusi

Sayangnya, dunia militer menerapkan sistem komando di mana ada ikatan yang mengharuskan setiap anggotanya untuk tunduk dan taat pada aturan institusi juga petinggi.

“Kalau di militer gap kan tidak bisa ditolerir, semua harus nurut komando sehingga terjadi pemecatan-pemecatan itu. Ini harusnya spend of control-nya harus dikecilkan lagi, kalau enggak ya akan terjadi luapan-luapan terus,” sebut dia.

Drajat berpendapat, para istri prajurit ini memiliki saluran tersendiri yang bisa mewadahi pendapatnya, sehingga mereka tidak menumpahkannya di media sosial atau ruang publik lainnya.

“Kalau tidak, nanti akan ada rasa terjadi keterampasan, kesannya di lapangan tidak diperhatikan. Itu kan indikator cepat untuk bisa memahami bahwa sistem komando itu perlu feedback, itu ya dari semacam ibu-ibu ini,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com