PADA beberapa agama dan banyak suku, ritual penyembelihan hewan sebagai kurban umum dilakukan.
Walaupun secara spesifik, latar belakang dan ritualnya berbeda, tetapi secara umum ada tujuan-tujuan yang sama, baik tujuan “vertikal” (bagi sesuatu yang Ilahi) maupun tujuan “horizontal” (bagi orang lain).
Tujuan “vertikal” pada ritual penyembelihan hewan kurban antara lain sebagai kurban persembahan oleh manusia kepada Tuhan; wujud syukur manusia atas rahmat dan berkat dari Yang Maha Kuasa; ungkapan tobat kepada Yang Maha Rahim atas dosa-dosa dan kesalahan yang manusia lakukan; serta wujud laku bakti manusia kepada Sang Pencipta.
Tujuan “horizontal” pada ritual penyembelihan hewan kurban antara lain membagikan ungkapan syukur kepada orang lain; membantu terwujudnya kesejahteraan bersama; dan ungkapan terima kasih atas dukungan dan perhatian orang lain.
Bila membaca tujuan-tujuan tersebut, sebenarnya secara umum ritual penyembelihan hewan kurban adalah wujud manusia yang berkurban untuk sesuatu di luar dirinya.
Walaupun yang disembelih adalah hewan, tetapi hewan yang disembelih adalah milik si orang yang berkurban.
Sebelum hewan kurban disembelih pasti akan ada manusia yang memperjuangkan keberadaan hewan tersebut.
Ritual penyembelihan hewan kurban adalah budaya yang merepresentasikan bahwa manusia perlu untuk mengarahkan diri kepada sesuatu yang lebih besar daripada dirinya.
Kebutuhan Transendensi Diri dikemukakan oleh Abraham Maslow adalah ilmuwan psikologi asal Amerika.
Ia adalah pionir dari aliran psikologi humanistik, aliran psikologi yang berfokus pada potensi-potensi dalam diri manusia untuk mengaktualisasikan diri. Salah satu teori terkenal dari Maslow ialah teori hirarki kebutuhan manusia.
Di teori hirarki kebutuhan “versi” terbaru, Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan tertinggi yang bisa mendorong manusia berperilaku adalah kebutuhan transeden.
Kebutuhan ini terkait dengan kesadaran manusia bahwa mereka perlu terhubung dan memberikan diri pada sesuatu yang lebih besar daripada dirinya, seperti alam semesta, mahkluk hidup yang lain, kosmos, dan “sesuatu” yang manusia anggap sebagai Sang Pencipta atau Sang Maha Kuasa.
Seseorang yang didorong oleh kebutuhan transenden akan terdorong kepada sesuatu di luar diri sendiri.
"Tujuan di luar diri sendiri" dapat melibatkan pelayanan kepada orang lain, dan pengabdian pada suatu ideal (misalnya kebenaran, keadilan, dan kejujuran), atau tujuan tertentu (misalnya, kesejahteraan bersama, lingkungan yang sehat, penelitian ilmiah yang bermanfaat, dan keyakinan agama yang mendewasakan).
Hal-hal ini juga merupakan ekspresi dari keinginan untuk bersatu dengan apa yang dianggap sebagai yang transenden atau ilahi.