Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wingko Babat, Nasib Baik lantaran Pindah Tempat

Kompas.com - 04/01/2023, 07:00 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Kue wingko babat kini menjadi kuliner khas Kota Semarang.

Wingko babat dalam catatan sumber literatur di laman Kompas.com pada 16 Februari 2021 amat mudah dibuat dengan paduan berbagai rasa mulai dari durian, coklat, keju, nangka, kelapa muda, dan lain sebagainya.

Wingko babat, penganan enak dari racikan tepung beras ketan, gula, dan kelapa muda ini bahkan berstatus warisan budaya tak benda.

Bangunan Lawang Sewu di Semarang, Jawa Tengah, difoto dari udara, Minggu (29/6/2014). Lawang Sewu merupakan gedung peningggalan dari perusahaan kereta api swasta Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS yang dibangun pada tahun 1904. Kristianto Purnomo-Fikria Hidayat Bangunan Lawang Sewu di Semarang, Jawa Tengah, difoto dari udara, Minggu (29/6/2014). Lawang Sewu merupakan gedung peningggalan dari perusahaan kereta api swasta Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS yang dibangun pada tahun 1904.

Wingko babat

Salah satu penjual Wingko Babat, Win (55) di kompleks pusat Oleh-oleh Jalan Pandanaran Semarang, Selasa (26/5/2020).KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA Salah satu penjual Wingko Babat, Win (55) di kompleks pusat Oleh-oleh Jalan Pandanaran Semarang, Selasa (26/5/2020).

Perjalanan wingko babat sejatinya berawal dari Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Lantas, nama pasangan suami istri keturunan China asal Babat, Loe Soe Siang dan Djoa Kiet Nio menjadi pelopor pembuatan wingko babat.

Tahunnya, 1898.

Kata "wingko" merujuk pada racikan bahan makanan camilan itu.

Sementara "babat" adalah kecamatan asal tempat tinggal kedua pasangan suami istri tersebut.

Loe Soe Siang dan Djoa Kiet Nio, selanjutnya, meneruskan bisnis kepada kedua anak mereka.

Anak pertama bernama Loe Lan Ing.

Anak kedua bernama Loe Lan Hwa.

Baca juga: Wingko Tidar Magelang, Wingko Babat Kemasan Vakum untuk Oleh-oleh

Waktu berlalu.

Loe Lan Hwa bersama suaminya, The Ek Tjong mengungsi ke Semarang pada 1944.

Kala itu, saat penjajahan Jepang, kerusuhan melanda Babat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com