KOMPAS.com - Legenda Bukit Perak adalah sebuah cerita rakyat yang mengisahkan tentang seorang pemimpin sakti bernama Datuk Sengalo.
Datuk Sengalo dikenal sebagai pemimpin desa yang sakti, arif, bijaksana, dan sangat mencintai rakyatnya.
Oleh sebab itu, Datuk Sengalo rela mengorbankan apa saja asalkan warga dan desanya selalu dalam keadaan selamat.
Salah satu cara Datuk Sengalo melindungi warganya adalah dengan memagari desanya supaya tidak bisa dimasuki oleh orang asing, terutama desa lain yang ingin menyerangnya dan pasukan Belanda.
Kehebatan Datuk Sengalo tidak terlepas dari peranan sebuah keris sakti atau yang ia sebut keris perak.
Berkat keris perak tersebut, desa yang dipimpin oleh Datuk Sengalo seolah-olah tak kasat mata dan tidak ada siapa pun orang asing yang bisa menginjakkan kaki di desa itu.
Asal-usul penemuan keris perak bermula ketika Datuk Sengalo sedang menjalankan pertapaannya.
Sebab, ketika sedang bertapa, Datuk Sengalo sempat bertemu dengan seorang kakek yang tidak diketahui siapa namanya.
Sang kakek itu berkata bahwa desa yang dipimpin oleh Datuk Sengalo harus dilindungi dari ancaman orang asing.
Sang kakek mengatakan bahwa desa tersebut dapat dilindungi dengan sebuah keris perak yang ajaib.
Adapun kesaktian dari keris perak tersebut adalah membuat desa tempat Datuk Sengalo dan warganya tinggal menjadi tidak terlihat.
Supaya kesaktiannya dapat bekerja secara optimal, Datuk Sengalo harus menanamkan keris perak tersebut di suatu tempat.
Keberadaan keris perak tersebut juga harus benar-benar terjaga karena jika diambil orang, maka desa akan terlihat dan bahaya pun datang.
Setelah selesai bertapa, Datuk Sengalo membuka mata dan dikagetkan dengan kehadiran seekor anak harimau putih di hadapannya.
Tepat di samping harimau itu terdapat sebuah keris perak yang tadi dibicarakan oleh sang kakek di dalam pertapaan.
Mengingat amanat yang disampaikan oleh si kakek, Datuk Sengalo memutuskan untuk membawa keris perak tersebut dan menanamkannya di sebuah pohon di dekat pedesaan tempat tinggalnya.
Tidak lupa si harimau putih juga turut dibawa pulang dan diberikan kepada anaknya sebagai teman bermain.
Pada masa itu, pasukan tentara Belanda disebut-sebut ingin menguasai tanah milik Datuk Sengalo, tetapi tidak pernah berhasil.
Suatu ketika, Belanda melakukan sebuah strategi licik dengan cara menculik salah satu warga desa Datuk Sengalo.
Pasukan Belanda kemudian meminta warga tersebut untuk mengantarkan mereka masuk ke dalam desa.
Padahal, tidak ada siapa pun orang asing yang bisa masuk ke desa itu, terlebih jika mereka memiliki niatan buruk.
Betul saja, ketika para tentara Belanda ini hendak masuk melangkahkan kaki ke dalam perbatasan desa, warga tersebut seketika menghilang.
Para prajurit Belanda tidak bisa melihat keberadaan warga yang tadi ia culik, begitu juga dengan desanya.
Kehebatan yang dimiliki Datuk Sengalo lantas membuat pemimpin desa lain merasa iri hati. Salah satunya adalah Datuk dari Desa Dano Lamo.