KOMPAS.com - Dongeng Tujuh Anak Laki-laki merupakan cerita rakyat yang populer di masyarakat Aceh.
Cerita rakyat ini mengisahkan perjuangan tujuh anak laki-laki setelah dibuang orangtuanya.
Meski demikian, mereka bertujuh akhirnya hidup sejahtera dan memaafkan orangtuanya.
Dahulu kala, di Aceh, hiduplah sepasang suami istri bersama tujuh anak kandungnya di sebuah perkampungan pinggir hutan.
Keluarga tersebut hidup rukun, tentram, dan bahagia. Mereka menggantungkan hidupnya dengan menjadi petani sayur di kebun.
Suatu ketika, daerah tempat tinggal mereka mengalami kemarau panjang yang mengakibatkan paceklik.
Tanah yang biasa mereka garap kering dan tidak bisa ditanami sayur-sayuran. Sepasang suami istri itu pun khawatir akan nasib mereka.
Apalagi, mereka masih memiliki tanggung jawab terhadap tujuh anak kandungnya yang masih kecil.
Suami istri tersebut akhirnya membicarakan untuk menentukan nasibnya ke depan. Mereka berdua berniat meninggalkan ketujuh anaknya di hutan.
Namun, ketika sedang berbicara, anak ketiga mereka diam-diam mendengarkan rencana tersebut.
Keesokan harinya, sepasang suami istri itu mengajak ketujuh anaknya untuk mencari kayu bakar di hutan.
Ketujuh anak tersebut mulanya tidak curiga bahwa mereka akan ditinggal di hutan oleh orangtuanya. Kecuali si anak ketiga.
Setelah lama mencari kayu bakar, sepasang suami istri tersebut memerintahkan semuanya untuk beristirahat.
Sepasang suami istri tersebut kemudian berniat untuk mencari sumber air untuk minum.
Kemudian, mereka berdua pamit kepada ketujuh anaknya untuk segera mencari sumber air.