Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Nama Yatsrib Diubah Menjadi Madinah?

Kompas.com - 20/06/2022, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Pada 622, Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah, setelah mendapat gangguan dari kaum kafir Quraisy.

Kedatangan Nabi Muhammad ke Madinah disambut dengan sangat baik oleh rakyat di sana, yang disebut sebagai kaum Anshar (Muslim Madinah).

Respons positif dari penduduk Madinah pun membuat Nabi Muhammad jauh lebih mudah dalam melanjutkan dakwah Islam.

Pada masa itu, salah satu strategi Nabi Muhammad adalah tentang penggantian nama Kota Yatsrib menjadi Madinah yang mengandung makna kota yang bercahaya.

Lantas, apa alasan Nabi Muhammad mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah?

Baca juga: Sejarah Perjuangan Nabi Muhammad SAW Periode Madinah

Menciptakan masyarakat yang tunduk kepada Allah

Alasan Nabi Muhammad mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah adalah untuk menciptakan masyarakat yang tunduk dan patuh kepada Allah SWT.

Sesuai arti dari nama Madinah, yakni kota yang bercahaya, Nabi Muhammad hendak mengubah Yatsrib, yang tadinya "gelap", menjadi jauh lebih "terang", karena dulunya kerap terjadi pertempuran di kota tersebut.

Jauh sebelum Islam berkembang, Madinah disebut dengan nama Yatsrib, yang merupakan kota pusat perdagangan.

Ada yang menyatakan bahwa Yastrib berasal dari bahasa Ibrani atau Aram, tetapi ada pula yang menyatakan bahwa nama ini merupakan sebutan bagi masyarakat Arab selatan.

Versi lain mengatakan bahwa Yatsrib diambil dari nama seorang keturunan Bani Ubail (sekelompok pengikut Ubail), yang bernama Yatsrib bin Qaniyah bin Mikhail bin Aram bin Ubail bin Ush bin Aram bin Sam bin Nuh.

Yatsrib adalah orang pertama yang datang ke daerah tersebut, yang namanya kemudian digunakan sebagai nama kota.

Baca juga: Hubungan Kaum Anshar dan Muhajirin

Sebelum didominasi oleh Muslim, ada dua suku dominan di Yatsrib, yaitu Arab dan Yahudi.

Mereka membangun pemukiman, pusat-pusat kegiatan ekonomi, serta benteng pertahanan guna melindungi diri dari serangan suku Nomad di sekitar Yatsrib.

Sayangnya, kedatangan suku Arab ke Yatsrib tidak mendapat sambutan baik oleh para suku di sana.

Masing-masing dari suku tersebut dianggap hanya mementingkan sukunya sendiri, sehingga suku Yatsrib dianggap tidak mengenal konsep persatuan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com