KOMPAS.com - Pulau Bidadari adalah salah satu dari sekian banyak pulau menawan di Taman Nasional Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Sebelum dikenal sebagai Pulau Bidadari, pulau ini dulunya disebut Pulau Sakit.
Pada awal 1970-an, Pulau Bidadari mulai dijadikan sebagai tempat wisata dengan keindahan alam yang menarik banyak wisatawan lokal maupun mancanegara.
Selain keindahan alamnya, Pulau Bidadari juga merupakan tempat wisata bersejarah.
Berikut ini sejarah Pulau Bidadari.
Baca juga: Mengingat Banda Neira, Nostalgia Pulau Penghasil Pala
Pada abad ke-17, Pulau Bidadari dianggap sebagai penunjang aktivitas Pulau Onrust, yang juga terletak di Kepulauan Seribu.
Oleh karena itu, Pemerintah Belanda pun membangun beragam sarana-prasarana di pulau ini.
Pada 1679, VOC membangun rumah sakit di pulau ini, seiring dengan penyebaran penyakit lepra dan kusta.
Orang-orang yang terjangkit penyakit tersebut banyak yang dipindahkan dari Muara Angke di Jakarta ke pulau ini.
Itulah mengapa, pulau ini sempat disebut sebagai Pulau Sakit. Selain rumah sakit, Belanda juga membangun benteng yang berfungsi sebagai sarana pengawasan dan pertahanan dari serangan musuh.
Kemudian, sekitar 1800-an, Pulau Bidadari sempat dikuasai Inggris, yang menyerang pulau ini dan menghancurkan bangunan-bangunan di sana.
Pada 1803, Belanda berhasil menguasai kembali Pulau Bidadari dan melakukan pembangunan ulang.
Baca juga: Perjanjian Breda, Saat Pulau Run di Maluku Ditukar dengan Manhattan
Akan tetapi, pada 1806, Inggris kembali menyerang dan menghancurkan Pulau Bidadari serta beberapa pulau di Kepulauan Seribu.
Sekitar 20 tahun kemudian, Pulau Bidadari kembali dibangun oleh Belanda dengan mempekerjakan orang-orang Tionghoa.
Sejak hengkangnya bangsa Belanda dari Indonesia, Pulau Bidadari menjadi terbengkalai dan tidak berpenghuni selama bertahun-tahun.