Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Raya Galungan: Sejarah, Makna, dan Rangkaian Acara

Kompas.com - 08/06/2022, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Umat Hindu memiliki aneka ragam hari besar yang dirayakan setiap tahun, salah satunya Hari Raya Galungan.

Hari Raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap enam bulan Bali (210 hari), tepatnya pada hari Buddha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan).

Tahun ini, Hari Raya Galungan jatuh pada 8 Juni 2022, yang diperingati sebagai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).

Hari Raya Galungan juga merupakan hari di mana umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya.

Dalam perayaan Galungan, umat Hindu melakukan ibadah dan rangkaian prosesi ritual, misalnya melaksanakan penyucian diri secara lahir dan batin, lalu memberikan sesajen kepada Sang Hyang Widhi, guna meminta keselamatan.

Setelah rangkaian persembahyangan selesai, umumnya umat Hindu akan berkunjung ke sanak saudara.

Baca juga: Apa Itu Penampahan Galungan?

Asal-usul Galungan

Galungan diambil dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bertarung. Masyarakat Bali juga biasa menyebutnya “dungulan”, yang artinya menang.

Menurut mitos yang dipercaya umat Hindu, dahulu di Bali ada seorang raja angkara murka bernama Mayadenawa.

Raja yang dipercaya memiliki kesaktian ini kerap melakukan kejahatan semasa hidupnya.

Merasa sebagai raja yang paling sakti, Mayadenawa memerintahkan rakyat hanya menyembah dirinya dan melarang menyembah para dewa, bahkan beribadah ke pura.

Akibat sikap Mayadenawa dianggap kelewat batas, seorang pemuka agama bernama Mpu Sangkul Putih bersemedi untuk meminta petunjuk dari Yang Maha Kuasa.

Ia lantas mendapat pesan harus pergi ke Jawa Dwipa atau India guna meminta bantuan. Mpu Sangkul pun segera berangkat untuk meminta bantuan.

Konon, Mpu Sangkul mendapat bantuan dari Dewa Indra, dewa yang menguasai cuaca.

Baca juga: Sejarah Hari Raya Nyepi

Singkat cerita, antara Mpu Sangkul dan Mayadenawa terjadi pertempuran sengit, yang berujung kekalahan Mayadenawa, meski sudah melakukan berbagai tindakan licik supaya bisa mengalahkan lawannya.

Berdasarkan dari mitologi inilah, Hari Raya Galungan dirayakan untuk menandai hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com