KOMPAS.com - Penampahan Galungan adalah upacara yang dilakukan oleh umat Hindu sebelum Hari Raya Galungan.
Penampahan Galungan jatuh satu hari sebelum perayaan Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan.
Arti dari penampahan adalah menyambut, yang berkembang menjadi "namya" yang artinya sembah.
Kemudian, ada juga yang memahami nampah sebagai sembelih ataumemotong hewan, karena pada Penampahan Galungan umat Hindu banyak menyembelih hewan, seperti babi, ayam, itik, atau lainnya kecuali sapi.
Pada intinya, Panempahan Galungan bertujuan untuk menetralisir kekuatan-kekuatan Sang Kala Tiga agar kembali pada sumbernya.
Baca juga: Mengapa Orang Bali Tidak Boleh Makan Sapi?
Pada Penampahan Galungan dipercaya sebagai hari turunnya Sang Kala Tiga yang dianggap paling keras dan ganas, yaitu Sang Kala Tiga Amangkurat.
Sang Kala Tiga terdiri dari Sang Bhuta Galungan, Sang Bhuta Dungulan, dan Sang Bhuta Amangkurat, yang dikatakan sebagai simbol angkara dan turun untuk mengganggu umat manusia.
Sang Kala Tiga Amangkurat, juga dipercaya dapat menggoda manusia yang kurang persiapan diri atau waspada.
Apabila berhasil dihasut, maka manusia akan mendapat konflik, merasa sedih, dan kacau.
Untuk mencegah hal itu, masyarakat Hindu di Bali melakukan Penampahan Galungan dengan memotong ayam atau babi sebagai wujud dari memotong sifat buruk manusia.
Ayam dianggap menyimbolkan keserakahan dan suka bertengkar, sedangkan babi melambangkan kemalasan.
Baca juga: Sejarah Hari Raya Nyepi
Pada hari Penampahan Galungan, umat Hindu biasanya juga membuat penjor sebagai ucapan syukur.
Penjor merupakan simbol dari Naga Basuki yang artinya kesejahteraan dan kemakmuran, yang dibuat dari batang bambu melengkung yang dihias.
Penampahan Galungan dirayakan lewat upacara Natab Sesayut Penampahan atau Sesayut Pamyak Kala Laramelaradan.
Natab Sesayut Penampahan memiliki makna untuk mengingatkan manusia agar menguatkan Wiweka Jnana, yaitu membangun kekuatan diri supaya bisa membedakan mana yang benar dan tidak.
Tradisi Hari Penampahan Galungan biasanya dilakukan oleh para lelaki, sementara para perempuan bertugas menyelesaikan beragam perlengkapan yang diperlukan seperti sesajen.
Baca juga: Pengaruh Hindu terhadap Sistem Kalender Indonesia
Di setiap daerah, upakara dan kebiasaan yang dilakukan dalam Penampahan Galungan bisa berbeda-beda, tergantung tradisi masing-masing.
Namun, pada dasarnya tujuannya sama, yaitu untuk menghalau berbagai hal buruk terjadi.
Referensi: