Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Prinsip Dasar Akuntasi beserta Penjelasannya

Kompas.com - 27/02/2024, 21:30 WIB
Fadila Rosyada Hariri,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Akuntansi merupakan pondasi yang penting untuk memahami dan mengelola keuangan perusahaan dengan efisien.

Dalam dunia akuntansi, terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan dalam menyusun laporan keuangan.

Prinsip-prinsip ini membantu memastikan keandalan, konsistensi, dan relevansi informasi keuangan yang disajikan.

Prinsip dasar akuntansi dan penjelasannya 

Dikutip dari buku Ekonomi (2009) karya Dewi Kusumawardani, terdapat lima prinsip akuntansi yang dapat menjadi pedoman dalam menyusun laporan keuangan. Berikut daftar lima prinsip dasar akuntansi tersebut:

Baca juga: 5 Fungsi Akuntansi Keuangan dan Penjelasannya

1. Prinsip biaya historis (Historical Cost Principle)

Prinsip biaya historis menyatakan bahwa aset harus dicatat dalam laporan keuangan dengan biaya yang dikeluarkan saat pembelian atau pemerolehan.

Dengan kata lain, nilai aset yang tercatat adalah harga yang benar-benar dibayarkan pada saat transaksi terjadi.

Contohnya, jika sebuah perusahaan membeli mesin produksi seharga Rp 50 juta, maka nilai mesin tersebut akan dicatat sebesar Rp 50 juta dalam catatan keuangan, meskipun nilai pasar saat ini mungkin lebih tinggi atau lebih rendah.

2. Prinsip obyektivitas (Objectives Principle)

Prinsip obyektivitas mengharuskan catatan keuangan didasarkan pada fakta yang dapat diverifikasi secara obyektif, bukan pada opini atau penilaian subyektif.

Ini memastikan bahwa catatan keuangan dapat dipercaya dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau preferensi manajemen.

Contohnya, penilaian aset perusahaan harus didasarkan pada data pasar yang obyektif dan bukan pada perkiraan subyektif.

Baca juga: 5 Jenis Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia

3. Prinsip mempertemukan (Matching Principle)

Prinsip mempertemukan, atau prinsip pencocokan, menyatakan bahwa pendapatan harus dipertemukan dengan biaya yang dihasilkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut.

Dengan kata lain, pendapatan yang dihasilkan dalam periode tertentu harus dipertemukan dengan biaya yang terkait dengan menghasilkan pendapatan tersebut pada periode yang sama.

Contohnya adalah pencatatan penjualan produk dengan mencocokkan pendapatan penjualan dengan biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat produk tersebut.

4. Prinsip konsistensi (Consistency Principle)

Prinsip konsistensi mengharuskan perusahaan untuk menggunakan metode akuntansi yang sama dari tahun ke tahun, kecuali jika ada alasan yang sah untuk mengubahnya.

Ini membantu memastikan bahwa data keuangan dapat dibandingkan secara konsisten dari periode ke periode sehingga memudahkan analisis kinerja perusahaan dari waktu ke waktu.

Baca juga: Standar Akuntansi Keuangan (SAK): Pengertian dan Jenisnya

5. Prinsip lengkap (Full Disclousure)

Prinsip lengkap menyatakan bahwa semua transaksi bisnis yang relevan harus dicatat dalam catatan keuangan.

Ini termasuk tidak hanya transaksi yang berdampak material, tetapi juga transaksi kecil yang mungkin tampak tidak signifikan.

Prinsip ini memastikan bahwa catatan keuangan memberikan gambaran yang lengkap dan akurat tentang posisi keuangan perusahaan.

 

Artikel ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberi tahu kami ke redaksikcm@kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com