Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Unsur Logam Alkali Sangat Reaktif?

Kompas.com - 13/07/2023, 15:00 WIB
Silmi Nurul Utami

Penulis

KOMPAS.com – Unsur golongan 1 atau logam alkali sangatlah reaktif. Unsur-unsur ini bahkan dapat meledak dalam air. Namun, tahukah kamu mengapa unsur logam alkali sangat reaktif? Berikut adalah penjelasannya!

Unsur logam alkali sangat reaktif karena konfigurasi elektronnya.

Dilansir dari Chemistry LibreTexts, semua unsur logam alkali memiliki konfigurasi elektron kulit terluar yang serupa di mana setiap atom memiliki satu elektron di orbital terluar.

Baca juga: Konfigurasi Elektron: Prinsip Aufbau, Larangan Pauli, dan Aturan Hund

Adapun, orbital tersebut adalah orbital s yang harusnya terisi dua elektron.

Hal tersebut membuat atom logam alkali tidak memenuhi aturan oktet maupun duplet, sehingga mudah bereaksi (reaktivitas tinggi).

Atom-atom logam alkali cenderung menyumbangkan satu elektron terluarnya (elektron valensi).

Sehingga, logam alkali biasanya memiliki keadaan oksidasi +1 karena kehilangan elektron.

Dilansir dari Chemistry Talk, elektron terluar logam alkali yang mudah tereksitasi juga membuatnya cenderung memiliki warna nyala yang khas.

Baca juga: Logam Alkali: Unsur dan Sifat-sifatnya

Misalnya, ketika dibakar oleh api litium akan berwarna merah menyala, natrium berwarna kuning, kalium berwarna ungu, rubidium berwarna merah tua, dan cesium berwarna biru.

Kereaktifan unsur logam alkali membuatnya mudah bereaksi dengan zat kimia lain, terutama air.

Ketika bertemu dengan air, logam alkali akan berekasi dengan menghasilkan gas hidrogen dan panas.

Adapun, kalium yang bereaksi dengan air dapat membakar gas hidrogen yang dihasilkannya karena reaksinya yang cepat.

Sedangkan rubidium dan cesium, bereaksi lebih cepat lagi sehingga dapat meledak ketika bersentuhan dengan air.

Baca juga: Logam Alkali Tanah: Unsur dan Sifat-sifatnya

Dilansir dari BBC, reaktivitas unsur logam alkali meningkat seiring dengan turunnya golongan karena:

  • Jari-jari atom yang makin besar.
  • Elektron terluar yang makin jauh dari inti.
  • Daya tarik antar inti dan elektron terluar yang makin lemah, sehingga elektron mudah hilang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com