Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sosok Douwes Dekker

Kompas.com - 08/09/2022, 09:30 WIB
Silmi Nurul Utami

Editor

Oleh: Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

 

KOMPAS.com - Salah satu tokoh besar Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan bangsa asing adalah Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker atau yang lebih dikenal dengan nama Douwes Dekker.

Douwes Dekker lahir pada tanggal 8 Oktober 1879 di Pasuruan. Beliau merupakan keturunan indo berdarah campuran Belanda dan Jawa. Namun, beliau tidak pernah mengakui ke-indo-annya karena merasa sebagai orang Indonesia sepenuhnya. 

Nama Douwes Dekker berganti selepas Indonesia merdeka menjadi Danudirja Setiabudi pemberian oleh Soekarno. Kata “Danu” artinya benteng, sedangkan “Dirja” artinya kuat dan tangguh.

Mulanya beliau lebih akrab dipanggil DD, singkatan dari Douwes Dekker. Akan tetapi, setelah Soekarno mengganti namanya, panggilan DD itu lebih dikenal dengan singkatan dari Danu Dirja. 

Baca juga: Biografi Eduard Douwes Dekker, Penentang Sistem Tanam Paksa

Pendidikan dan Karier

Douwes Dekker mampu menempuh pendidikan dasar di Pasuruan. Kemudian, beliau melanjutkan pendidikannya di Hogere Burger School (HBS) Surabaya.

Ketika Douwes Dekker lulus sekolah, beliau pun bekerja di perkebunan kopi “Soember Doeren” Malang, Jawa Timur.

Seakan menjadi jodoh bagi perjuangan Douwes Dekker, di tempat itu beliau banyak menyaksikan ketidakadilan yang dilakukan oleh Belanda kepada kaum pribumi.

Banyak pekerja kebun yang diperlakukan sewena-wena. Hal itu yang membuat Douwes Dekker dipecat dari pekerjaannya karena membela mereka. 

Setelah beliau dipecat, kemudian beralih profesi menjadi guru kimia. Pekerjaan itu tidak lama dijalankan, hingga akhirnya memutuskan untuk merantau ke luar negeri, tepatnya di Afrika Selatan.

Baca juga: Sistem Tanam Paksa: Latar Belakang, Aturan, dan Penyimpangannya

Di Afrika Selatan, Douwes Dekker terlibat dalam Perang Boer melawan Inggris, tetapi posisi beliau kalah dan harus menanggung risiko untuk dipenjara.

Selepas Douwes Dekker dibebaskan, beliau pun memutuskan untuk kembali ke tanah air dan berjuang bersama para pahlawan lainnya untuk merebut kemerdekaan Indonesia. 

Penulis dan wartawan yang kritis

Kembalinya Douwes Dekker ke Indonesia tidaklah sia-sia, beliau membuka harian De Express Selatan.

Kemampuannya menulis laporan pengalaman perjuangannya di surat kabar terkemuka membuatnya ditawari menjadi reporter koran Semarang terkemuka, De Locomotief. Di sinilah Douwes Dekker mulai merintis kemampuannya dalam berorganisasi.

Baca juga: Indonesia di Bawah Penjajahan Perancis

Tugas-tugas jurnalistiknya, seperti ke perkebunan di Lebak dan kasus kelaparan di Indramayu, membuatnya mulai kritis terhadap kebijakan kolonial.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com