KOMPAS.com - Dalam sosiologi, perilaku meniru gaya hidup orang lain disebut imitasi.
Imitasi menjadi salah satu faktor yang memengaruhi keberlangsungan proses interaksi sosial. Pada dasarnya, faktor ini bisa bergerak sendiri secara terpisah atau bergabung menjadi satu.
Dikutip dari buku Keperawatan Jiwa Lanjutan (2021) karya Veronica Paula dkk, imitasi adalah proses meniru perilaku serta tindakan yang dilakukan orang lain.
Imitasi merupakan proses belajar yang dilakukan seseorang dengan meniru atau mengikuti perilaku orang lain, baik sikap, penampilan, gaya bicara, maupun hal apa saja yang dimiliki orang lain.
Menurut Arina Restian dalam buku Pembelajaran Seni Tari di Indonesia dan Mancanegara (2017), imitasi pertama kali muncul di lingkungan keluarga, tetangga, dan kemudian masyarakat.
Faktor imitasi menjadi satu-satunya faktor yang mendasari proses interaksi sosial.
Baca juga: Interaksi Sosial: Pengertian, Syarat, Ciri, Jenis, dan Faktornya
Dalam hal ini, imitasi tidak berlangsung secara otomatis, melainkan dipengaruhi sikap menerima serta mengagumi terhadap sosok yang diimitasi.
Untuk melakukan imitasi atau peniruan, ada sejumlah faktor psikologis yang berperan. Contohnya perasaan kagum.
Adapun salah satu syarat terjadinya imitasi adalah munculnya minat atau perhatian yang cukup besar terhadap sesuatu yang ingin diimitasi.
Minat tersebut bisa berupa kekaguman, rasa menghargai, menyukai, atau menjunjung tinggi nilai dari hal yang akan diimitasi.
Dilansir dari buku Psikologi Sosial Suatu Pengantar (2022) karangan Asriandi dkk, imitasi dapat mendorong individu atau kelompok melakukan perbuatan baik atau buruk.
Pada satu sisi, imitasi bisa memberi dampak positif, berupa dorongan untuk patuh terhadap kaidah dan nilai yang berlaku.
Baca juga: 4 Faktor Penyebab Masalah Sosial dan Contohnya
Contohnya:
Walau begitu, di sisi lain, imitasi juga dapat menyebabkan hal negatif, yakni memunculkan tindakan menyimpang atau bertentangan dengan norma dan kaidah yang berlaku.
Contohnya: