KOMPAS.com - Disonansi kognitif dalam perilaku konsumen sering kali terjadi saat konsumen akan membeli produk atau menggunakan layanan perusahaan.
Dalam teori komunikasi, disonansi kognitif dimaknai sebagai perasaan tidak nyaman yang timbul akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten. Dengan demikian, manusia berupaya untuk mengurangi inkonsistensi atau perasaan disonansi.
Menurut Morissan dalam buku Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu (2010), disonansi kognitif adalah perasaan ketegangan psikologis atau keraguan pascapembelian yang dirasakan konsumen seusai membuat keputusan pembelian yang sulit.
Ketegangan psikologis atau keraguan tersebut sering kali terjadi saat konsumen melakukan pembelian penting, di mana mereka harus memilih di antara sejumlah alternatif merek yang hampir sama.
Keraguan itu makin kuat ketika merek produk yang tidak dipilih punya fitur unik dan lebih menarik dibanding merek yang sudah dipilih konsumen.
Dikutip dari buku Strategi Pemasaran dalam Perspektif Perilaku Konsumen (2018) oleh Ujang Sumarwan dan Fandy Tjiptono, disonansi kognitif dalam perilaku konsumen sering terjadi dalam situasi:
Baca juga: Teori Disonansi Kognitif, Saat Manusia Tidak Menyukai Inkonsistensi
Pemasar atau perusahaan akan berupaya meminimalisasi disonansi kognitif konsumen dengan melakukan serangkaian strategi.
Contohnya melakukan kontak purnabeli dengan pelanggan, menyediakan garansi serta jaminan, dan meyakinkan ulang pelanggan lewat iklan perusahaan bahwa keputusan pelanggan memilih merek produk atau jasa perusahaan merupakan keputusan yang tepat.
Sementara itu, konsumen akan berupaya mengurangi disonansi kognitif dengan cara: