Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Disonansi Kognitif, Saat Manusia Tidak Menyukai Inkonsistensi

Kompas.com - 11/01/2022, 13:00 WIB
Vanya Karunia Mulia Putri

Penulis

KOMPAS.comTeori disonansi kognitif adalah teori yang membahas bagaimana manusia akan mencari serta berupaya untuk mengurangi ketidaknyamanan dalam berbagai situasi.

Disonansi kognitif bisa diartikan sebagai perasaan tidak nyaman yang ditimbulkan oleh sikap, pemikiran, serta perilaku yang tidak konsisten. Teori ini digagas oleh Leon Festinger pada 1950-an.

Konsep kognitif dan disonansi

Untuk mempermudah pemahaman, Festinger menjabarkan dua konsep utama dalam teori ini, yaitu disonansi dan kognitif.

Dikutip dari jurnal Studi Review Sistematis: Aplikasi Teori Disonansi Kognitif dan Upaya Reduksinya pada Perokok Remaja (2021) karya Alexandra Tatgyana Suatan dan Irwansyah, disonansi adalah konflik atau inkonsitensi atau tidak konsisten.

Sementara, kognitif merupakan elemen kognitif yang terdiri dari sikap, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan.

Festinger menjelaskan bahwa semua individu punya elemen kognitif, di mana tiap elemen tersebut tidak terisolasi, melainkan berhubungan satu sama lain.

Baca juga: Teori Spiral Keheningan: Asumsi dan Penjelasannya

Hubungan ini terbagi menjadi tiga, yakni hubungan tidak relevan, hubungan yang relevan dan saling memperkuat atau konsisten, serta hubungan yang relevan dan saling bertabrakan atau tidak konsisten.

Ketika dua elemen kognitif saling berhubungan tetapi tidak konsiten, hal ini akan menimbulkan disonansi atau ketidaknyamanan dalam diri individu.

Asumsi teori disonansi kognitif

Pada intinya, teori disonansi kognitif berasumsi bahwa manusia tidak suka berada dalam keadaan disonansi karena akan menimbulkan ketidaknyamanan. Hal ini akan menimbulkan motivasi, sehingga manusia berupaya untuk mengurangi disonansi dan mencari konsistensi.

Menurut Richard West dan Lynn H. Turner dalam buku Introducing Communication Theory: Analysis and Application (2008), ada empat asumsi yang mendasari teori disonansi kognitif, yakni:

Asumsi 1: manusia punya hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya

Asumsi ini menekankan pada sifat dasar manusia yang mementingkan stabilitas dan konsistensi. Teori ini menjelaskan bahwa manusia tidak akan menikmati inkonsistensi dalam pikiran serta keyakinan mereka. Sebaliknya, manusia akan berusaha mencari konsistensi.

Asumsi 2: disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis

Asumsi kedua menjelaskan tentang jenis konsistensi yang penting bagi manusia. Teori ini tidak berpegang pada konsistensi logis yang kaku, melainkan merujuk pada kognisi yang inkonsisten secara psikologis antara satu sama lainnya, guna menimbulkan disonansi kognitif.

Baca juga: Teori Interaksi Simbolik: Konsep Penting dan Asumsinya

Asumsi 3: disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong manusia untuk melakukan beberapa tindakan dengan dampak yang bisa diukur

Asumsi ini menjelaskan bahwa ketika manusia mengalami inkonsistensi psikologis, disonansi yang tercipta dapat menimbulkan perasaan tidak suka. Intinya, manusia tidak suka atau tidak senang berada dalam keadaan disonansi, karena menimbulkan ketidaknyamanan.

Asumsi 4: disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi serta usaha untuk mengurangi disonansi

Asumsi terakhir menjelaskan bahwa rangsangan yang diciptakan oleh disonansi akan memotivasi orang untuk menghindari situasi yang mampu menciptakan inkonsistensi, dan berusaha mencari situasi yang bisa mengembalikan konsistensi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Direct and Indirect Speech dalam Bahasa Inggris

Direct and Indirect Speech dalam Bahasa Inggris

Skola
4 Unsur Pembentuk Kepribadian

4 Unsur Pembentuk Kepribadian

Skola
3 Jenis Wewenang Menurut Max Weber

3 Jenis Wewenang Menurut Max Weber

Skola
Perbedaan Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial

Perbedaan Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial

Skola
Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Median atau Nilai Tengah

Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Median atau Nilai Tengah

Skola
Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Mean atau Rata-rata

Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Mean atau Rata-rata

Skola
Komunikasi Verbal: Pengertian dan Contohnya

Komunikasi Verbal: Pengertian dan Contohnya

Skola
5 Perbedaan Utang dan Piutang dalam Akuntansi

5 Perbedaan Utang dan Piutang dalam Akuntansi

Skola
Definisi Konflik Sosial dan Contohnya

Definisi Konflik Sosial dan Contohnya

Skola
Kerangka Surat Lamaran Pekerjaan yang Tepat

Kerangka Surat Lamaran Pekerjaan yang Tepat

Skola
Serat Wulangreh Pupuh Durma

Serat Wulangreh Pupuh Durma

Skola
Kerajaan Islam di Sumatera yang Masih Berdiri

Kerajaan Islam di Sumatera yang Masih Berdiri

Skola
Patrape Nggawa Basa Jawa

Patrape Nggawa Basa Jawa

Skola
Langkah-langkah Memainkan Alat Musik Tradisional

Langkah-langkah Memainkan Alat Musik Tradisional

Skola
15 Contoh Kalimat Menggunakan Who, Whom, dan Whose

15 Contoh Kalimat Menggunakan Who, Whom, dan Whose

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com