KOMPAS.com - Belanda kembali melanggar perjanjian damai Renville dengan melancarkan Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, terdapat beberapa tujuan Agresi Militer Belanda II, yaitu:
Belanda mulai menyerang Yogyakarta secara mendadak pada Minggu pagi 19 Desember 1945. Belanda menyerang Yogyakarta melalui jalur darat dan udara.
Baca juga: Agresi Militer Belanda I
Angkatan Udara dan pasukan terjun payung dikerahkan oleh Belanda untuk membombardir lapangan terbang Maguwo dan kawasan timur kota Yogyakarta. Tentara Indonesia sangat terkejut dengan serangan cepat yang dilakukan oleh Belanda dan tidak mampu berbuat banyak.
Pada sore hari 19 Desember 1945, Yogyakarta berhasil dikuasai oleh Belanda dan Istana pemerintah Indonesia dapat ditaklukan.
Selanjutnya, Belanda melakukan penangkapan terhadap pemimpin tertinggi negara seperti Soekarno, Moh Hatta, Agus Salim dan jajaran kabinet yang berada di Istana.
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, para pemimpin Indonesia membiarkan dirinya ditangkap agar serangan fisik Belanda dapat diredakan dan menggiring opini dunia mengenai kebrutalan sikap Belanda.
Sebelum ditangkap, para pemimpin Indonesia telah memberikan mandat kepada Syafrudin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Baca juga: Peran Komisi Tiga Negara dalam Konflik Indonesia-Belanda
Dalam buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia (1979) karya A.H Nasution, Agresi Militer Belanda II menyebabkan korban jiwa dan kerusakan yang masif bagi Indonesia.
Namun di sisi lain, Indonesia diuntungkan dengan adanya kecaman dari dunia Internasional terhadap Agresi Militer Belanda II. Belanda memperoleh bencana politik dari keputusan mereka untuk melancarkan Agresi Militer Belanda II.
PBB merasa sangat tersinggung dengan adanya Agresi Militer Belanda II. PBB menganggap bahwa Belanda tidak memiliki etikat baik dalam upaya penyelesaian masalah.
Selain itu, Amerika Serikat juga melemparkan amarahnya kepada Belanda pada tanggal 22 Desember 1945.
Hal tersebut terlihat dari tindakan Amerika Serikat yang menghentikan dana bantuan kepada Belanda. Amerika Serikat dan PBB sebagai kekuatan besar dunia menyudutkan Belanda untuk mengadakan gencatan senjata dan melakukan perundingan damai sesegera mungkin.
Baca juga: Konfrontasi Indonesia dan Belanda dalam Sengketa Irian Barat
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.