Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Munculnya Tanda Baca pada Tulisan

Kompas.com - 30/05/2020, 16:00 WIB
Ari Welianto

Penulis

Sumber ,Britannica

KOMPAS.com - Tanda baca merupakan tanda yang dipakai dalam sistem ejaan seperti titik, koma, titik dua.

Tanda-tanda tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tulisan. Di mana menunjukkan struktur gramatik dan membantu tulisan menjadi bahasa lisan atau gambar.

Tahukah kamu asal mula tanda baca?

Sejarah

Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), tanda baca yang sekarang digunakan dengan bahasa Inggri dan bahasa Eropa Barat berasal dari tanda baca yang digunakan dengan bahasa Yunani dan latin selama periode klasik.

Prasasti-prasasti Yunani biasanya ditulis terus menerus tanpa perpecahan antara kata-kata atau kalimat.

Naskah-naskah yang ditulis dengan huruf-huruf yang dideret tanpa tanda baca atau spasi. Tanpa pembedaan huruf kecil atau huruf besar.

Huruf-huruf yang sesak berjejeran itu, terserah pada pembaca untuk menemukan sendiri di mana sedia kata atau kalimat berakhir dan kalimat berikutnya bermula.

Tapi dalam beberapa prasasti lebih awal dari abad ke-5 sebelum masehi (SM), frasa kadang- kadang dipisahkan oleh barisan vertikal dua atau tiga poin.

Baca juga: Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa

Dalam teks-teks Yunani tertua yang ditulis selama abad ke-4 SM, garis horizontal yang disebut paragraf ditempatkan di bawah awal garis di mana topik baru diperkenalkan.

Itu merupakan satu-satunya bentuk tanda baca yang disebutkan oleh Aristophanes. Aristophanes yang berasal dari Bizantium merupakan pustakawan museum di Alexandrian sekitar 200 SM.

Dalam teori retoris membagi wacana menjadi beberapa bagian dengan panjang yang berbeda.

Aristophanes menandai tulisan yang tak berkesudahan dengan titik-titik di bagian tengah (·), bawah (.) atau atas (·) dari setiap baris.

Tanda titik itu terhubung pada kalimat pendek, menengah, dan makin panjang. Pembaca bisa juga menyisipkan penanda dari apa yang disebut koma, titik dua, dan titik.

Karena waktu itu buku masih ditulis dalam huruf majuskule tinggi seperti yang digunakan pada prasasti dan huruf kapital modern. Ketiga posisi itu mudah digunakan.

Aristophanes memperlakukan itu untuk menunjukkan jeda sederhana, bukan penanda tata bahasa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com