Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Babun Jadi Hewan Suci di Mesir Kuno, tetapi Hidupnya Mengenaskan

Kompas.com - 16/12/2023, 08:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Babun, jenis monyet yang hidup di Afrika, ternyata merupakan hewan suci di Mesir kuno.

Buktinya, mereka menjadi salah satu hewan yang dimumikan oleh orang Mesir kuno setelah kematiannya.

Baca juga: Bukan Hewan Asli, Kenapa Ada Mumi Babun di Mesir?

Namun, apa yang mungkin belum banyak diketahui adalah meski menjadi hewan yang dikeramatkan kehidupan mereka ternyata jauh dari sejahtera.

Kondisi memprihatinkan

Dalam sebuah studi baru, peneliti mengungkap para babun ini menderita kondisi yang memprihatinkan saat masih hidup.

Hasil tersebut didapat setelah peneliti memeriksa tulang puluhan mumi babun dari Mesir kuno antara abad kesembilan SM hingga abad keempat M dari situs Gabbanat el-Qurud, dekat Lembah Para Raja di samping Luxor modern, dengan tulang-tulang yang ditemukan di tempat lain di Mesir kuno.

Harapannya, peneliti kemudian dapat mempelajari lebih lanjut tentang kondisi di mana hewan-hewan tersebut dipelihara.

Peneliti menemukan bukti bahwa banyak babun menderita pola makan yang buruk serta kelainan tulang yang sering disebabkan oleh kurangnya sinar Matahari.

Seperti dikutip Live Science, Jumat (8/12/2023), dari sisa-sisa 36 babun yang ditemukan di pekuburan hewan suci di Gabbanat el-Qurud di Mesir selatan, hanya empat yang tampak dalam keadaan sehat.

"Lainnya menunjukkan kekurangan pada kerangkanya," kata Wim Van Neer, ahli paleontologi di Royal Belgian Institute of Natural Sciences.

Baca juga: Seperti Apa Wewangian untuk Pembalsaman Mumi?

Deformasi yang paling jelas terlihat pada kerangka di mana anggota badan bengkok yang merupakan ciri khas rakhitis, sebuah gejala kekurangan vitamin D ekstrem yang biasanya disebabkan oleh kurangnya sinar Matahari.

Ada bukti pula bahwa babun dari situs Saqqara dan Tuna el-Gebel di Mesir kuno juga dikurung dalam kegelapan. Tapi ada pula beberapa babun dari situs pradinasti Hierakonpolis dikurung di luar.

Soalnya, kerangka mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan vitamin D, namun ada indikasi patah tulang yang sudah sembuh, menunjukkan bahwa hewan diikat dan terkadang dipukuli.

Niat baik

Meski kehidupan babun ternyata sulit, Van Neer berpendapat bahwa orang yang memelihara mereka bermaksud baik.

"Mungkin mereka mencoba merawat hewan-hewan itu dengan baik tapi tidak mudah," katanya.

Baca juga: Ahli Temukan Bukti Penderita Tumor Ovarium Langka di Mesir Kuno

Babun adalah pemanjat yang ulung dan karena alasan itu, mungkin mereka dikurung di kandang bertembok tinggi untuk mencegah melarikan diri.

Peneliti pun berharap bisa melakukan studi lebih lanjut dengan memeriksa gigi mereka yang dapat mengungkapkan informasi tentang makanan hewan tersebut.

Atau bisa juga menggunakan DNA yang diekstraksi dari tulang untuk menentukan apakah babun tersebut ditangkap di alam liar atau dibesarkan di penangkaran.

Gisela Kopp, ahli genetika di Universitas Konstanz di Jerman yang tidak terlibat dalam studi, menambahkan, penelitian ini menggambarkan pula beberapa kesulitan dalam memelihara hewan liar.

Studi itu dipublikasikan di jurnal PLOS One.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com