Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tikus Raksasa Langka Berukuran Setengah Meter Hidup di Pulau Terpencil

Kompas.com - 01/12/2023, 11:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Peneliti berhasil mengambil gambar tikus raksasa yang sangat langka dan berukuran sangat besar yang hidup di Kepulauan Solomon, sebuah kepulauan terpencil di timur laut Australia di Samudra Pasifik.

Foto ini menjadi penting karena ini merupakan gambar pertama dari tikus raksasa Vangunu tersebut.

Baca juga: Fakta-Fakta Tikus Mol Telanjang, Hewan Pengerat yang Hidup Paling Lama

Pasalnya, hewan pengerat yang bisa tumbuh hingga berukuran setengah meter ini, selain langka juga sulit ditangkap.

Tak heran bila selama bertahun-tahun peneliti gagal untuk mendapatkankan gambarnya. Diketahui hanya satu spesimen yang berhasil didapatkan oleh peneliti sekitar enam tahun lalu. Itu saja karena tikus jatuh dari pohon.

Tikus raksasa Vangunu

Mengutip Live Science, Sabtu (25/11/2023) gambar tikus raksasa Vangunu ini berhasil didapatkan dengan menggunakan kamera jebakan dan umpan yang lezat.

Tim pun kemudian mengabadikan gambar empat hewan pengerat yang berukuran setidaknya dua kali ukuran tikus biasa yang berlarian di sekitar hutan di kepulauan Solomon.

"Hewan pengerat tersebut diidentifikasi secara tidak terbantahkan sebagai tikus raksasa Vangunu (Uromys vika) karena ukurannya yang besar, ekor yang panjang, dan telinga yang sangat pendek," tulis peneliti dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Ecology and Evolution pada 20 November.

“Mengambil gambar tikus raksasa Vangunu untuk pertama kalinya adalah berita yang sangat positif bagi spesies yang kurang dikenal ini,” kata penulis utama studi Tyrone Lavery, dosen biologi vertebrata asli di Universitas Melbourne di Australia, dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Berusia 9 Tahun, Pat Jadi Tikus Tertua di Dunia

Luput dari perhatian

Masyarakat adat yang tinggal di Vangunu, sebuah pulau yang terletak di tengah Kepulauan Solomon, telah lama mengetahui bahwa tikus berukuran begitu besar hingga dapat mengunyah kelapa, hidup di hutan mereka.

Namun spesies tersebut luput dari perhatian para ilmuwan.

Bukti nyata pertama keberadaannya muncul pada tahun 2017, ketika penebang kayu komersial menebang pohon di Vangunu dan seekor tikus raksasa terjatuh dari pohon tersebut hingga mati.

Beberapa tahun kemudian, penduduk setempat dari komunitas Zaira, yang mengelola sisa terbesar hutan asli Vangunu dan memiliki pengetahuan mendalam tentang ekologinya, membantu peneliti yang sama memasang kamera jebakan untuk akhirnya mendokumentasikan hewan pengerat di habitat mereka.

“Semua gambar diambil pada malam hari, dan aktivitas dikumpulkan sekitar tengah malam,” tulis para peneliti dalam penelitian tersebut.

Peneliti menambahkan minyak wijen untuk umpan para tikus raksasa, yang kemungkinan mnejadi kunci keberhasilan. Upaya sebelumnya yang menggunakan selai kacang hanya menarik tikus lain.

Baca juga: Embrio Tikus Pertama Kali Dibiakkan di Luar Angkasa, untuk Apa?

Gambar ini juga menjadi penting karena muncul di saat kritis. Tikus raksasa Vangunu mengalami ancaman kepunahan karena penebangan kayu komersial yang telah menghancurkan sebagian besar hutan di pulau tersebut.

Tahun lalu, pemerintah Kepulauan Solomon memberi izin penerbangan komersial pada sisa-sisa hutan terakhir yang menjadi tempat tinggal tikus raksasa.

"Jika itu dilanjutkan maka dipastikan akan menyebabkan kepunahan tikus raksasa Vangunu," kata Lavery.

Peneliti pun berharap gambar U.vika akan mendukung upaya kepunahan spesies yang langka ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com