Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Mungkin Matahari Bisa Menjadi Lubang Hitam?

Kompas.com - 06/09/2023, 19:01 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam waktu sekitar 5 miliar tahun, Matahari akan mencapai masa akhir hidupnya. Bintang yang menjadi menjadi pusat Tata Surya kita ini akan kehabisan bahan bakar nuklir dan tidak lagi mampu menopang melawan gravitasinya sendiri.

Sebagai akibatnya, lapisan luar Matahari akan menyebar, sementara intinya akan runtuh menjadi sangat padat dan meninggalkan sisa-sisa bintang. Tidak cukup sampai situ, jika keruntuhan gravitasi inti bintang selesai, sisa bintang akan menjadi lubang hitam.

Itu adalah suatu wilayah ruang dan waktu dengan pengaruh gravitasi yang begitu besar, sehingga cahaya pun tidak dapat lepas dari cengkeramannya.

Namun, apakah mungkin Matahari akan berakhir sebagai lubang hitam ketika mati?

Matahari menjadi lubang hitam

Dikutip dari Live Science, Rabu (6/9/2023) Xavier Calmet, pakar lubang hitam dan profesor fisika di Universitas Sussex di Inggris mengatakan Matahari tidak memiliki kemampuan untuk menjadi lubang hitam.

Baca juga: Apakah Mungkin Tinggal di Antartika Sepanjang Tahun?

"Sederhananya, Matahari tidak cukup berat untuk menjadi lubang hitam," katanya.

Menurut Calmet ada beberapa kondisi yang memengaruhi apakah sebuah bintang dapat menjadi lubang hitam.

Mulai dari komposisinya, rotasinya, dan proses yang mengatur evolusinya. Tetapi persyaratan utamanya adalah jumlah massa yang tepat.

“Bintang dengan massa awal lebih besar dari 20 hingga 25 kali massa Matahari kita baru bisa berpotensi mengalami keruntuhan gravitasi yang diperlukan untuk membentuk lubang hitam,” kata Calmet.

Menurut NASA, lubang hitam bermassa bintang pada umumnya tiga hingga 10 kali lebih berat dari Matahari, namun ukurannya bisa mencapai 100 kali Matahari.

Ukuran masif ini diperoleh karena memakan gas dan debu di dekatnya, dan bahkan tubuh bintang pendampingnya jika dulunya termasuk dalam sistem biner.

Baca juga: Apakah Mungkin Gravitasi Bumi Bisa Menghancurkan Bulan?

 

Akhir hayat Matahari

Ketika sebuah inti bintang kehabisan bahan bakar nuklir, maka fusi nuklir hidrogen menjadi helium, masih terjadi di lapisan terluarnya.

Jadi, saat inti bintang runtuh, lapisan terluarnya mengembang dan memasuki apa yang dikenal sebagai fase raksasa merah.

Ketika Matahari menjadi raksasa merah dalam waktu sekitar 6 miliar tahun, Matahari akan meluas hingga mengelilingi orbit Mars dan akan menelan planet-planet bagian dalam, mungkin termasuk Bumi.

Lapisan luar raksasa merah kemudian akan mendingin seiring waktu dan menyebar membentuk nebula planet di sekitar inti Matahari yang membara.

Baca juga: Apakah Mungkin Megalodon Bersembunyi di Laut Dalam?

Sementara itu bintang masif yang menciptakan lubang hitam mengalami beberapa peride keruntuhan dan perluasan, dan kehilangan lebih banyak massa setiap saat.

Hal itu karena pada tekanan dan suhu yang tinggi, bintang-bintang dapat memadukan unsur-unsur yang lebih berat.

Ini berlanjut hingga inti bintang yang terbuat dari besi dan bintang tersebut meledak dalam supernova.

Namun, Matahari tidak akan pernah mencapai tahap peleburan besi. Sebaliknya, Matahari akan menjadi katai putih, bintang padat seukuran Bumi. Atau dengan kata lain Matahari tidak akan menjadi lubang hitam setelah mati.

Baca juga: Apakah Mungkin Akan Ada Lebih dari 1 Vaksin Virus Corona Covid-19?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com