Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Berhasil Merekam Ledakan Suar Matahari, Seperti Apa?

Kompas.com - 05/05/2022, 12:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), baru-baru ini mengumumkan bahwa telah berhasil menangkap rekaman ledakan suar Matahari.

Peristiwa suar kelas X itu terekam oleh Solar Dynamics Observatory milik NASA, saat meledak dari bintik Matahari bagian bawah pukul 09:25 EDT (1325 GMT), pada Selasa (3/5/2022).

Untuk diketahui, suar matahari adalah ledakan energi elektromagnetik yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan cahaya sangat terang.

National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengklasifikasikan suar matahari dari kelas A hingga X berdasarkan intensitas sinar-X yang dilepaskan.

Baca juga: NASA Kembali Tangkap Ledakan Suar Matahari, Bagaimana Penampakannya?

Suar kelas M termasuk ledakan Matahari berukuran sedang, dibandingkan dengan suar kelas C ataupun suar kelas X yang lebih besar.

Kelas X menunjukkan suar yang paling intens, sementara nomornya memberikan lebih banyak informasi tentang kekuatannya. Misalnya kelas X2 dua kali lebih kuat dari kelas X1, sementara kelas X3 tiga kali lebih intens, dan seterusnya.

Dilansir dari Live Science, Kamis (5/5/2022) ledakan suar yang terjadi pada awal pekan ini termasuk kelas X1.1. Fenomena itu juga suar Matahari paling kuat ketiga sepanjang tahun 2022.

Sebelumnya, pada 30 Maret 2022 Matahari melepaskan suar kelas X1.3, kemudian ledakan kelas X2.2 kembali terjadi di tanggal 19 April 2022.

"Suar matahari adalah semburan radiasi yang kuat," tulis NASA di akun Twitter-nya.

Radiasi berbahaya dari ledakan suar Matahari, kata NASA, tidak dapat melewati atmosfer Bumi dan berdampak pada manusia. Akan tetapi, intensitas ledakan yang sangat kuat mampu menganggu sinyal GPS maupun alat komunikasi lainnya.

Ketika ledakan di bintik atau permukaan Matahari mencapai Bumi, sinar-X serta radiasi ultraviolet yang dihasilkannya dapat mengganggu sinyal di Bumi dan menyebabkan pemadaman radio.

Pemadaman radio tercatat dialami di sejumlah wilayah yang terpapar Matahari selama ledakan suar terjadi. Sejauh ini, suar Matahari menyebabkan pemadaman di atas Samudra Atlantik, sama dengan pemadaman yang terjadi di Australia dan Asia selama akhir bulan lalu.

Baca juga: Ledakan Suar Matahari Terbesar Mencapai Bumi, Apa Dampaknya?

Berdasarkan siklus 11 tahun, para astronom menyebut aktivitas Matahari telah mengalami peningkatan yang sangat pesat. Jumlah aktivitas di bintik Matahari, menurut laporan NOAA, turut meningkat hampir dua kali lebih besar dari yang diperkirakan.

Peningkatan aktivitas di Matahari ini mengakibatkan pelepasan gelombang plasma energi tinggi dan ledakan sinar-X yang menghantam medan magnet Bumi.

Bahkan, beberapa waktu lalu badai Matahari menyebabkan satelit Starlink milik SpaceX rusak dan jatuh ke atmosfer. Fenomena itu juga memicu pemadaman radio, serta memunculkan aurora di sepanjang Pennsylvania, Iowa, dan Oregon.

Aktivitas Matahari diperkirakan akan terus terjadi dan meningkat, hingga mencapai kekuatan maksimumnya pada 2025 mendatang.

Peristiwa itu dapat memicu lebih banyak badai Matahari di malam hari. Sedangkan, aurora akan akan terlihat lebih jauh ke arah selatan dibandingkan biasanya.

Sebab, medan magnet Bumi sedikit mengalami tekanan karena gelombang partikel berenergi tinggi, hingga melepaskan energi dalam bentuk cahaya untuk menciptakan warna-warni aurora di langit malam.

Baca juga: Apakah Manusia Bisa Hidup Tanpa Matahari?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com