Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hipertensi Paru Tergolong Penyakit Langka, Bisakah Pengidapnya Sembuh?

Kompas.com - 12/03/2022, 12:01 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit hipertensi paru mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat, karena tergolong penyakit langka yang kasusnya jarang ditemukan.

Apa itu penyakit hipertensi paru?

Untuk diketahui, hipertensi paru adalah kelainan patofisiologi pada pembuluh darah paru-paru, yang bisa menyebabkan komplikasi penyakit jantung maupun sistem pernapasan.

Menurut Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Hipertensi Pulmonal Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia tahun 2021, angka kejadian penyakit ini secara global hanya mencapai 20 hingga 70 juta pasien dari total 7,7 miliar orang.

Namun demikian, hipertensi pulmonal (pulmonary hypertension) atau hipertensi paru yang tidak dideteksi lebih awal dapat berakibat fatal bagi para pasien, terlebih jika tidak ditangani dengan tepat.

Selain itu, gejala hipertensi paru juga tidak spesifik, antara lain sesak saat beraktivitas, mudah lelah, lemas, nyeri dada, pusing, terkadang disertai batuk.

Baca juga: Termasuk Penyakit Langka, Bagaimana Pengobatan Hipertensi Paru pada Anak? Ini Kata Dokter

Gejala hipertensi paru lain yang jarang terjadi meliputi hemoptisis atau batuk berdarah dari saluran pernapasan, sindrom ortner yaitu suara serak dari pita suara, serta aritmia (gangguan irama jantung).

Dipaparkan Pakar Kardiologi Anak dan Penyakit Jantung Bawaan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, dr Radityo Prakoso, Sp.JP (K), penyakit hipertensi paru yang dideteksi lebih awal bisa diobati.

Misalnya pada pasien dengan kebocoran jantung yang masih reversibel atau bisa diperbaiki, dapat dilakukan perawatan dengan menutup lubang penyebab jantung bocor melalui tindakan pembedahan.

Selain itu, dokter juga akan memberikan obat-obatan yang sesuai untuk pasien.

"Tapi bila dia (pasien dengan gejala hipertensi paru) telat terdeteksi dan masih reversibel progresivitas (perkembangan penyakit) masih bisa disetop dan akan terkontrol," beber Radityo dalam webinar, Kamis (10/3/2022).

Baca juga: Mengenal Penyakit Hipertensi Paru pada Anak, Penyebab dan Gejalanya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com