Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Panjang Penemuan Tulang Rahang Manusia Prasejarah Tertua di Sulawesi

Kompas.com - 06/10/2021, 21:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti berhasil menemukan bagian tulang rahang atas manusia prasejarah di Leang (Gua) Bulu Bettue, Sulawesi. Tulang manusia ini merupakan yang tertua di Wallacea.

Leang (bahasa lokal untuk menyebut gua) Bulu Bettue (LBB), merupakan salah satu gua dari ratusan gua karst yang memiliki potensi arkeologi yang terdapat di wilayah Kabupaten Maros. 

Berdasarkan hasil penelitian dan pendataan terkini dari lembaga Arkeologi yang ada di Sulawesi Selatan, bahwa untuk kawasan karst yang membentang dari Kabupaten Maros hingga Kabupaten Pangkep tercatat ada 524 gua prasejarah.

Baca juga: Tulang Rahang dengan Gigi Geraham Manusia Purba Ditemukan di Sulawesi

Peneliti senior di Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, Budianto Hakim mengatakan, khusus penelitian di Gua Bulu Bettue dimulai sejak 2014 dan dilakukan secara rutin setiap tahunnya. 

Penemuan sisa manusia berupa rahang atas itu ditemukan tahun 2017 dan kemudian dilakukan konservasi dan analisis selama tiga tahun, yakni hingga tahun 2019.

Temuan sisa manusia ini berasosiasi dengan temuan sisa makanan  berupa fragmen tulang binatang darat dan kerang serta perkakas batu, oker, arang dan lain sebagainya. 

"Lapisan budaya ini berumur 25 ribu hingga 16 ribu tahun yang lalu," kata Budianto kepada Kompas.com, Selasa (5/10/2021).

Hal ini juga disampaikan oleh Mahasiswa Griffith University Basran Burhan, yang turut andil dalam penelitian ini saat dihubungi terpisah.

Basran mengatakan, selama penelitian dilakukan, untuk anatomi prasejarah tubuh manusia, baru bagian rahang atas itu saja yang ditemukan.

"Ditemukan di lapisan 4A yang berumur 25-16 ribu tahun yang lalu. Karena bagian yang ditemukan hanya berupa rahang atas, sehingga tidak semua informasi anatomi bisa diidentifikasi," jelasnya.

Namun, diperkirakan usia meninggal berumur dewasa, dan diduga populasi manusia ini yang bertanggung jawab terhadap temuan lukisan gua Plestosen yang ada di kawasan karst Maros-Pangkep.

"Artinya populasi manusia ini adalah pembuatnya," kata Basran.

Penemuan bagian dari rahang atas dari manusia prasejarah di Leang Bulu Bettue, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan adalah penelitian kerjasama antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dengan Griffith university, Australia yang juga melibatkan Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin, Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan, dan Jurusan Arkeologi, Unhalu, Sulawesi Tenggara.

Penelitian kerjasama ini dimulai sejak tahun 2012 hingga tahun 2018. 

Baca juga: Bagaimana Alam Mengawetkan Makhluk Prasejarah? Sains Jelaskan

Bukti sejarah migrasi evolusi manusia di Sulawesi

Walaupun temuan sisa manusia prasejarah ini hanya bagian kecil dari anatomi manusia, temuan rahang tersebut adalah temuan pertama dari manusia, dari masa plestosen di Pulau Sulawesi (sebagai salah satu pulau yang terletak di kawasan Wallacea).

"Temuan ini tentu menjadi bukti awal dari sejarah migrasi dan evolusi manusia di Nusantara, khusunya Pulau Sulawesi," jelas Budianto.

Tidak hanya itu, ia menambahkan, temuan ini juga menjadi bukti bahwa Sulawesi menjadi destinasi penting bagi manusia prasejarah dari kala Plestosen akhir hingga masa Holosen.

Penemuan sisa manusia dan bukti budayanya dari hasil penelitian arkeologi selama ini di Sulawesi Selatan memberi petunjuk, bahwa gelombang migrasi manusia Homo Sapiens berdasarkan hasil dating lukisan prasejarah di beberapa gua karst di Kabupaten Maros dan Pangkep dimulai sejak 45.5 ribu tahun yang lalu.

Selain itu, genom dari manusia modern ini bertahan hidup hingga kala Holosen sekitar 7000 tahun yang lalu (seperti sisa rangka manusia yang ditemukan di Leang Panningnge, Maros).

Gelombang migrasi manusia prasejarah berikutnya di Sulawesi Selatan terjadi sekitar 4000 tahun yang lalu, sisa manusia beserta produk budaya ditemukan dibanyak situs, seperti situs Leang Jarie di kawasan Simbang, Kabupaten Maros, dan beberapa situs di kawasan Kalumpang, Sulawesi Barat. 

Manusia pendukung budaya pada masa ini yang dalam ilmu Arkeologi disebut sebagai masa bercocok tanam adalah manusia dari ras Mongoloid yang menuturkan bahasa Austronesia.

Pulau Sulawesi sesuai dengan letaknya yang strategis (ditengah) gugusan pulau di kepulauan Nusantara menjadi simpul pertemuan dari gelombang migrasi manusia prasejarah di masa lalu. 

Oleh sebab itu, kata Budianto, potensi ini menjadi penting untuk penelitian dari beberapa ilmu seperti arkeologi, antropologi, paleontologi, geologi dan sebagainya.

Baca juga: Lukisan Goa Tertua Sulawesi, Ungkap Migrasi Manusia Purba di Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com