Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Menemukan Besse, Manusia Modern Tertua di Sulawesi Selatan

Kompas.com - 29/08/2021, 10:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Para ilmuwan dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar bekerja sama dengan peneliti dari Max Planck Institute for the Science of Human History, Jena, Jerman dan Griffith University Australia berhasil menemukan manusia modern (Homo sapiens) tertua dari Sulawesi Selatan.

Kerangka yang diketahui berjenis kelamin perempuan dan berusia 17-18 tahun itu hidup sekitar 7.200-7.300 tahun lalu.

Meski terkubur di dalam situs Leang Panninge atau gua Panninge, Maros, Sulawesi Selatan selama ribuan tahun, kerangka yang ditemukan ini sangat istimewa karena para ilmuwan berhasil melacak DNA-nya.

Dari hasil pengujian, kerangka perempuan yang dijuluki Bessé (diucapkan bur-sek) ini, memiliki garis keturunan orang Papua, suku Aborigin Australia, dan Denisovan.

Denisovan adalah subspesies manusia purba yang telah punah, hidup antara 500.000-30.000 tahun yang lalu dan sejauh ini keberadaannya hanya diketahui melalui penemuan fosil di Siberia dan Dataran Tinggi Tibet.

Baca juga: Berusia 7.000 Tahun, Manusia Modern Tertua Ditemukan di Sulawesi Selatan

Untuk diketahui, nama Bessé merujuk kepada putri-putri Bugis yang baru lahir. Nama Bessé adalah penghargaan besar dari para arkeolog untuk fosil perempuan purba ini.

Lantas, bagaimana para peneliti menemukan Bessé?

Kompas.com menghubungi salah satu peneliti utama temuan ini, Prof. Dr. Akin Duli, M.A, dosen Arkeologi dari Universitas Hasanuddin, Makassar.

Perjalanan menemukan Besse cukup panjang dan penuh liku. Perjalanan ini dimulai tahun 2015.

Akin, temuan kerangka manusia di situs gua Leang Panninge sebenarnya sudah sejak 2015 berkat proyek kerjasama antara Indonesia dan Malaysia.

"Penemuan awal di tahun 2015, sebenarnya proyek ini justru dibiayai oleh teman dari Universitas Science Malaysia, itu Prof. Dr. Stephen Chia. Dia adalah promotor saya saat S3," ungkap Akin kepada Kompas.com, Sabtu (28/8/2021).

Tahun 2015 itu, Akin dan Stephen Chia jalan-jalan ke daerah Mallawa, Maros, Sulawesi Selatan. Salah satu situs yang didatangi adalah gua Panninge atau Leang Panninge.

"Teman saya, Prof. Stephen Chia mengatakan, ini bagus sekali kita lakukan ekskavasi (penggalian dalam arkeologi)," kata Akin menirukan Stephen Chia.

Namun saat itu, Akin berkata kepada Stephen Chia bahwa dirinya tidak memiliki anggaran untuk melakukan penggalian di situs Leang Panninge tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com