KOMPAS.com - Rencana untuk meluncurkan vaksin Covid-19 mungkin diperumit dengan sistem kekebalan tubuh kelompok lanjut usia.
Anggap saja kita sudah memiliki vaksin untuk melawan Covid-19, maka para pemimpin dunia harus memutuskan bagaimana cara memvaksinasi populasi warga.
Mereka yang paling rentan, termasuk para tenaga kesehatan, kemungkinan akan diberi vaksin terlebih dahulu.
Andai saja praktiknya semudah itu. Nyatanya, kelompok usia yang paling rentan, para manula, sangat sulit divaksinasi.
Baca juga: Usai Relawan di Brasil Meninggal, Uji Coba Vaksin Oxford AstraZeneca Dilanjutkan
"Kita hanya punya sedikit vaksin yang dirancang untuk kelompok lansia," ujar Shayan Sharif, profesor vaksinologi di Universitas Guelph, Kanada.
"Lebih banyak vaksin yang diciptakan selama seabad terakhir ini dibuat untuk penyakit anak-anak."
Vaksin untuk herpes adalah salah satu pengecualian, biasanya diberikan kepada pasien di usia 70-an.
Ada pula satu atau dua vaksin lain untuk penyakit seperti meningitis atau human papillomavirus yang dikembangkan untuk usia dewasa.
Namun, selain itu, sistem imunologi cenderung dibuat untuk anak-anak.
"Kita memiliki banyak sekali pengetahuan tentang penyakit anak," tukas Sharif. "Namun, bila menyangkut orang dewasa, paruh baya, dan usia tua, kita tidak punya banyak pengalaman."
Untuk memahami mengapa orang-orang yang lebih tua lebih sulit divaksinasi, kita harus melihat perbedaan-perbedaan dalam sistem imunitas mereka.
Banyak penyakit menular menyerang orang-orang tua lebih parah daripada mereka yang lebih muda.
Lansia juga memiliki lebih banyak faktor risiko - paparan karsinogen atau penyakit menular lainnya yang akan meningkatkan risiko penyakit lain dari infeksi baru.
Mereka juga mengalami yang disebut dengan immunosenescence—proses penuaan pada sistem kekebalan tubuh.
Sama seperti bagian tubuh yang lain, sistem imunitas kita menunjukkan tanda-tanda penuaan. Beberapa sel imun akan kehilangan fungsinya.
Sistem kekebalan terdiri dari jejaring sel yang saling berinteraksi satu sama lain.
Jika ada satu saja hal yang tidak bekerja di dalam jejaring itu, maka keseimbangan respons imunitas akan terganggu.
Saat tubuh diinfeksi oleh patogen, lapisan pertama sistem kekebalan, respons imunitas bawaan, mulai menyerang patogen tersebut di tempat infeksi.
Untuk penyakit pernapasan, ini bisa di paru-paru, trakea, atau hidung. Sel-sel darah putih, atau makrofag, menyerang patogen, menelannya sebelum menghancurkannya.
Saat makrofag menghancurkan patogen di dalam sel mereka sendiri, mereka mengirimkan sebagian kecil patogen kepada sel imun lain yang dikenal sebagai sel T.
Ini yang kemudian membentuk "memori" sistem kekebalan.
Sel T tidak bisa melihat patogen sendiri, ia butuh makrofag tertentu, yang disebut sel penyaji antigen, untuk menunjukkan patogen tersebut pada mereka.
Ini akan mengaktifkan lapisan berikutnya, sistem kekebalan adaptif.
Ada beberapa jenis sel T.
Sel B memproduksi antibodi. Namun untuk menghasilkan antibodi yang paling efektif, mereka membutuhkan interaksi kompleks dengan sel T.
Tujuan vaksinasi adalah untuk menstimulasi sistem kekebalan tubuh kita sehingga bisa memproduksi antibodi yang paling efektif sebelum kita terpapar patogen.
Banyak perkembangan dalam tes antibodi untuk membuktikan apakah seseorang pernah terinfeksi Covid-19.
Meski begitu, tidak semua antibodi berfungsi, tidak semua orang yang terinfeksi Sars-Cov-2, yakni virus yang menyebabkan Covid-19, memiliki antibodi, dan antibodi memiliki masa hidup terbatas.
Permasalahan para ahli vaksin adalah, keseimbangan antara semua sel ini sangat rapuh pada tubuh orang lanjut usia.
Jadi, apa yang terjadi dalam sistem kekebalan tubuh lansia?