Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seri Baru Jadi Ortu: Cara Tepat Atasi Dehidrasi pada Anak

Kompas.com - 15/06/2020, 17:33 WIB
Yohana Artha Uly,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Baru Jadi Ortu

Waswas soal tumbuh kembang si kecil?

Sigap konsultasi ke dokter anak via Kompas.com

KOMPAS.com - Sekitar 65-75 persen dari berat badan bayi dan anak-anak adalah cairan. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga kebutuhan cairan pada anak agar tidak mengalami dehidrasi.

Adapun cairan pada tubuh memiliki berbagai fungsi yang membantu organ-organ agar dapat berfungsi dengan baik, seperti membawa nutrisi dan oksigen ke seluruh sel, mengatur suhu tubuh, hingga membantu fungsi dan perkembangan otak.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Dr. dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K) menyatakan, bayi dan anak-anak cenderung lebih mudah mengalami dehidrasi daripada orang dewasa.

Selain karena tingginya laju metabolisme, dehidrasi pada anak juga paling sering terjadi akibat infeksi virus atau bakteri yang menyebabkan diare ataupun muntah. Ini dapat menyebabkan gangguan elektrolit.

Baca juga: Orangtua, Kenali Tanda Dehidrasi Anak dari Kebiasaan Buang Air Kecil

Untuk diketahui, gangguan elektrolit umumnya disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh melalui keringat secara berlebih, diare atau muntah yang berlangsung lama, atau luka bakar.

"Jadi selain air, dehidrasi itu juga menyebabkan hilangnya elektrolit dari tubuh," katanya dalam diskusi online Johnson's Baby: Bahaya Dehidrasi Pada si Kecil dan Penanganannya, Jumat (12/6/2020).

Ariani menjelaskan, penanganan pertama dehidrasi pada anak adalah dengan memberikan cairan.

Jika dehidrasi disebabkan karena berkurangnya kecukupan air dalam tubuh, maka dapat diberikan cairan biasa sebagai pengganti. Akan tetapi, jika dibarengi dengan berkurangnya elektrolit, maka cairan biasa saja tidak cukup.

Baca juga: Hindari Dehidrasi, Hitung Kebutuhan Air pada Anak Tiap Harinya

"Kadang-kadang kita bingung, anak diare, dehidrasi, dan sudah dikasih minum yang banyak tapi kok masih tetap lemas. Nah itu kemungkinan besar (karena) yang diberikan adalah cairan biasa, kalau dehidrasinya karena elektrolit ya enggak bisa diganti cairan biasa," jelasnya.

Oleh sebab itu, penanganan dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit dilakukan dengan memberikan Cairan Rehidrasi Oral (CRO) yang biasanya dikenal sebagai oralit.

Pada tahun 2005, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan penggunaan CRO osmolaritas rendah menjadi 245 mOsm/L untuk menggantikan versi oralit sebelumnya sebesar 311 mOsm/L. Osmolaritas adalah tingkat kekentalan cairan.

Ariani pun mengimbau untuk para orang tua memperhatikan standar osmolaritas tersebut, sebab kebanyakan cairan elektrolit yang dijual bebas di supermarket terdekat tidak memenuhi standar. Rata-rata tingkat osmolaritas berada di atas 350 mOsm/L.

Baca juga: Perokok Anak Meningkat, Pemerintah Perlu Perketat Pengendalian Rokok

"Itu artinya terlalu pekat. Jadi kalau pekat dan masuk dalam usus, yang terjadi adalah cairan yang pekat malah akan menarik air dari dalam tubuh, jadi semakin berkurang," jelas dia.

"Selain itu, malah semakin diare, karena semakin banyak cairan dalam usus yang dibawa keluar oleh cairan elektrolit tersebut," tambahnya.

Selain osmolaritas, lanjut Ariani, faktor lain yang juga penting dalam keberhasilan pemberian oralit pada anak adalah volume, frekuensi pemberian, dan rasanya.

"Selalu perhatikan jumlah total asupan cairan harian anak agar mereka tetap terhidrasi,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com