KOMPAS.com - Dalam seminggu wilayah Sukabumi telah dua kali diguncang gempa bumi tektonik. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tegaskan kejadian ini tidak ada kaitannya dengan kajian bencana besar Zona Megathurst Sukabumi yang telah dirilis sebelumnya.
Kemarin, Senin (16/3/2020) wilayah Sukabumi kembali diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,5 pukul 10.56 WIB, tepatnya lokasi tersebut berada di wilayah Tegalbuleud.
Sementara pada Selasa (10/3/2020), gempa bumi bermagnitudo M 5,1 mengguncang wilayah Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, pukul 17.18 WIB, di mana getarannya terasa hingga Jakarta.
Kejadian ini bertepatan dengan dikeluarkannya hasil kajian simulasi potensi gempa bumi dan tsunami di Zona Megathrust Sukabumi dan enam wilayah lainnya di selatan Jawa.
Baca juga: Gempa Sukabumi Terkait Zona Megathrust Selatan Jawa? Ini Kata Ahli
Hasil simulasi pemodelan menunjukkan gempa bisa mencapai M 8,7.
Dijelaskan oleh Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono, sumber gempa bumi yang terjadi seminggu ini, berbeda dengan sumber kajian simulasi zona megathurst.
Untuk diketahui, sesar aktif adalah bagian lempeng atau kulit bumi yang merekah, pecah atau bergeser. Sedangkan, megathurst adalah dua lempeng yang bertabrakan.
Umumnya wilayah Indonesia ada dua lempeng yaitu lempeng Australia dan Asia.