KOMPAS.com - Sebuah analisis dari fosil kerang zaman Cretaceous menunjukkan, pada 70 juta tahun lalu, hari di Bumi setengah jam lebih pendek, tidak sampai 24 jam.
Hasil analisis ini diperoleh dari sebuah batu yang telah terkubur di tanah selama jutaan tahun.
Menurut ilmuwan, analisis ini dapat membantu mereka mengetahui secara akurat tentang pergerakan Bulan yang secara perlahan menjauhi Bumi, seperti dilansir dari Science Alert, Rabu (11/3/2020).
Untuk dapat memahami perubahan rotasi Bumi, manusia hanya dapat bergantung pada bagaimana planet ini merekam perubahannya dari waktu ke waktu.
Misalnya, perubahan radiasi matahari yang tercatat dalam batuan purba, cocok dengan siklus matahari selama puluhan ribu tahun.
Baca juga: Jarak Bumi dan Bulan Kian Jauh, Ini Efeknya Bagi Waktu
Berdasarkan catatan itu, para ilmuwan mengetahui satu hari di Bumi hanya sekitar 18 jam pada 1,4 miliar tahun yang lalu.
Dalam penemuan ini, peneliti mendapatkan perhitungan dari sebuah cangkang kerang yang disebut Torreites sanchezi.
T. sanchezi berasal dari sekelompok bivalvia, atau disebut rudis, yang musnah pada peristiwa Cretaceous-Palaeogene pada 66 juta tahun yang lalu.
Bentuknya seperti vas dengan tutup di bagian ujung yang lebih lebar. Bivalvia ini mendominasi ekosistem terumbu karang. Akan tetapi, mereka memiliki kemiripan dengan kerang modern.
Baca juga: Bukti Baru, Neanderthal Kumpulkan Kerang dari Lautan untuk Bikin Alat
Sebagaimana cincin pohon yang dapat menunjukkan tahun pertumbuhannya, kerang tersebut juga dapat menunjukkan keadaan pada masanya.
Kerang itu dapat mengungkapkan kondisi air, seperti suhu dan kandungan kimia pada rentang waktu harian, serta bagaimana hewan ini hidup.
"Kami memiliki sekitar empat sampai lima poin data per hari. Ini adalah sesuatu yang hampir tidak pernah didapatkan sepanjang sejarah geologi. Kami dapat melihat hari pada 70 juta tahun yang lalu," ungkap ahli geokimia Niels de Winter dari Vrije Universiteit Brussel di Belgium.
Para peneliti mendapatkan fosil T. sanchezi dan mengamatinya dengan berbagai teknik analisis, termasuk spektrometri massa, mikroskop, analisis isotop stabil, dan fluoresensi sinar-X mikro.
Hasil analisis kimia dari kerang ini mengungkapkan air laut pada 70 juta tahun lalu jauh lebih hangat dibandingkan sekarang.
Bivalvia ini tumbuh subur dalam air dengan suhu yang mencapai 40 derajat Celcius pada musim panas dan lebih dari 30 derajat Celcius pada musim dingin.