JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah bahan konstruksi diprediksi bakal ditinggalkan atau tak digunakan lagi pada masa depan.
Contoh yang telah dapat ditemui ialah asbes. Mengingat sebagian besar bangunan saat ini sudah tidak ada yang menggunakan asbes.
Karena asbes dikaitkan dengan risiko kesehatan dan tidak ramah lingkungan (seiring kondisi pemanasan global yang menghantui dunia).
Selain asbes, terdapat beberapa material konstruksi yang diperkirakan akan menghilang pada masa mendatang.
Baik itu karena berisiko terhadap kesehatan maupun sifatnya yang tidak ramah lingkungan.
Baca juga: Kenapa Asbes Tidak Lagi Digunakan sebagai Atap Rumah? Ini Penjelasannya
Melansir informasi dari situs Archdaily, berikut daftarnya:
Dalam bentuk pigmen, timbal merupakan unsur yang ditambahkan pada cat untuk mempercepat pengeringan, serta meningkatkan daya tahan terhadap kelembapan dan korosi.
Meski di negara tertentu masih mengizinkan penggunaannya, cat tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan ginjal, serta keterlambatan perkembangan pada anak-anak.
Gas yang tidak berwarna dengan bau khas yang kuat dan sangat mudah terbakar ini, hadir di dalam resin pada kayu MDF dan papan partikel, serta banyak bahan konstruksi lainnya.
Formaldehida dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, hidung, tenggorokan, serta dalam tingkat paparan yang tinggi dapat menyebabkan beberapa jenis kanker.
Baca juga: Tak Hanya Jadi Bahan Bangunan, Semen Asal Jepang Ini Bisa Dimakan Loh!
PVC umumnya banyak digunakan pada pipa air. Namun, ternyata material ini dapat melepaskan bahan kimia yang sangat beracun saat dibakar.
Misalnya fiberglass dan wol mineral, dapat menimbulkan beberapa risiko kesehatan. Seperti iritasi kulit, sistem pernapasan, bahkan polusi udara dalam ruangan oleh formaldehida dan fenol.
Selain itu, ada penelitian yang mengaitkan penghirupan serat kaca dengan peningkatan risiko kanker paru-paru.
Selain berdampak negatif terhadap kualitas udara dalam ruangan dan kesehatan manusia, perekat dan sealant berbahan kimia juga dapat menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan, seperti pelepasan polutan udara dan bahkan polusi air selama proses produksinya.
Karena umumnya berbasis minyak bumi, sehingga dapat berkontribusi pada penipisan sumber daya alam dan degradasi lingkungan.
Baca juga: Material Ini Bisa Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca Industri Konstruksi
Sirap aspal berbasis minyak bumi (bukan sumber daya terbarukan), banyak digunakan di daerah tertentu karena biayanya yang rendah dan kinerja yang memadai.
Namun, material penutup atap itu bisa membawa beberapa dampak lingkungan negatif, seperti pemukiman dengan penyerapan energi matahari yang tinggi.
Digunakan pada ubin atap, panel dekoratif, sistem isolasi termal dan listrik, produksi bahan-bahan ini melibatkan penggunaan banyak bahan kimia, yang melepaskan asap dan debu yang sangat beracun.
Selain itu, juga membutuhkan banyak energi untuk diproduksi (berkontribusi pada emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim) dan tidak dapat terurai secara hayati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.