JAKARTA, KOMPAS.com – Urine kucing memiliki bau yang cukup menyengat. Bahkan, permukaan yang terkena pipis kucing tetap berbau meski sudah dibersihkan berulang kali, bahkan secara mendalam.
Para pemilik kucing sudah mengetahui bahwa urine kucing memiliki aroma khas. Aromanya sangat pekat pada kucing jantan yang belum disteril, tapi tidak terlalu pekat pada kucing jantan dan betina yang sudah disteril.
Baca juga: Seberapa Sering Kucing Pipis dalam Sehari?
Rupanya bau ini berasal dari bahan kimia felinine, sebuah asam amino yang mengandung belerang. Bahan ini dihasilkan dari fungsi biologis normal dalam tubuh kucing yang dikeluarkan dalam urine.
Belerang sangat berbau dan bertanggung jawab atas aroma yang diciptakan felinine dalam urine sahabat bulu.
Produksi felinine bergantung pada dua asam amino penting yang mengandung belerang, yakni metionin dan sistein. Sistein adalah nutrisi sangat penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bulu.
Namun, ada yang mengatakan bahwa bau kencing kucing juga dipengaruhi ras dan panjang bulunya. Benarkah demikian?
Baca juga: 5 Aroma Alami yang Dapat Mencegah Kucing Kencing Sembarangan
Dokter hewan Ken Tudor menuliskan dalam PetMD, Kamis (1/12/2022), sebuah penelitian baru dalam jurnal Animal Physiology and Animal Nutrition bertajuk “Felinine Excretion in Domestic Cat Breeds: A Preliminary Investigation.
Penelitian yang dilakukan 2013 itu mengungkapkan bahwa para peneliti Belanda menemukan ras kucing dengan bulu lebih pendek memiliki jumlah bahan kimia lebih banyak, yang menyebabkan kencing kucing “berbau kucing” daripada ras berbulu lebih panjang.
Penelitian itu menganalisis urine dari 83 kucing peliharaan. Semuanya adalah kucing jantan yang belum disteril dan berusia tiga sampai 4,5 tahun.
Baca juga: Seputar Kucing Keguguran, dari Penyebab, Gejala, hingga Cara Mencegah
Ras kucing yang diteliti adalah Abyssinian, British shorthair, Birma, Norwegian forest, Persia, Ragdoll, Siberia, dan Sphynx.
“Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan pada urine kucing yang berhubungan dengan panjang bulu, kecuali kucing Persia yang merupakan ras berbulu panjang,” ungkap Tudor.
Kucing Persia memiliki lebih banyak felinine dalam urinenya daripada ras berbulu panjang lainnya. Namun, kucing Persia memiliki lebih sedikit felinine daripada ras berbulu pendek seperti Abyssinian dan ras tidak berbulu seperti Sphynx.
Baca juga: 5 Alasan Kucing Pipis di Kasur Pemiliknya
Seperti disebutkan sebelumnya, asam amino sistein sangat penting untuk pertumbuhan bulu kucing. Jadi, sistein akan bersaing antara pertumbuhan bulu dan produksi felinine.
Para peneliti berpendapat ras kucing berbulu panjang telah beradaptasi secara genetik untuk mendukung penggunaan sistein pada pertumbuhan bulu daripada produksi felinine pada urine.
Sementara itu, kucing berbulu pendek memiliki lebih sedikit permintaan sistein sehingga dapat menghilangkan felinine dalam jumlah lebih besar dalam urine mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.