Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER GLOBAL] Pria Tertua di Dunia | 3 Putra Pemimpin Hamas Tewas

Kompas.com - 12/04/2024, 05:30 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Berita mengenai pria tertua di dunia berusia 111 tahun memuncaki daftar Populer Global saat ini.

Sedangkan di bawahnya ialah pemimpin Hamas memberikan tanggapan ketika mendengar ketiga putranya tewas dalam serangan Israel di Gaza.

Berita lainnya yang banyak dibaca di kanal Global Kompas.com adalah terkait Rusia telah membunuh dua militan di wilayah Kaukasus Utara dalam operasi anti-teroris.

Baca juga: Apa yang Akan Terjadi ke Depan antara Hezbollah dan Israel?

Selengkapnya, berikut rangkuman daftar Populer Global edisi Kamis (11/4/2024) hingga Jumat (12/4/2024) pagi yang dapat disimak:

1. Pria Tertua di Dunia Berusia 111 Tahun, Ternyata Selalu Makan Ini Tiap Jumat

Warga negara Inggris John Alfred Tinniswood, 111 tahun, telah dikonfirmasi sebagai pemegang baru gelar Guinness World Records.

Hal ini menyusul kematian pemegang rekor Venezuela, Juan Vicente Perez, pada bulan ini pada usia 114 tahun.

Gisaburo Sonobe dari Jepang, yang memiliki umur terpanjang berikutnya, meninggal pada tanggal 31 Maret pada usia 112 tahun.

Artikel selengkapnya bisa dibaca di sini.

2. Reaksi Pemimpin Hamas Haniyeh Dengar 3 Putranya Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

Tiga putra pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dilaporkan tewas dalam serangan Israel di Gaza pada Rabu (10/4/2024).

Kabar tersebut telah sampai di telinga Haniyeh.

Sebuah stasiun TV Palestina pada Rabu menayangkan cuplikan video yang memperlihatkan Pemimpin Hamas tersebut menerima berita kematian putra-putranya ketika berada di rumah sakit di Doha, Qatar.

Artikel selengkapnya bisa dibaca di sini.

Baca juga: Kenapa Perundingan Gencatan Senjata di Gaza Selalu Menemui Jalan Buntu?

3. Rusia Tewaskan 2 Militan dalam Operasi Anti-Teroris

Pemerintah Rusia pada Kamis (11/4/2024) menyatakan telah membunuh dua militan di wilayah Kaukasus Utara dalam operasi anti-teroris.

Dalam pernyataan yang dilaporkan kantor berita pemerintah Rusia dikatakan bahwa Rusia biasa melakukan serangan di wilayah yang bergejolak tersebut.

Yakni usai perang di Chechnya pada 1990-an dan awal tahun 2000-an, namun operasi semacam itu semakin jarang terjadi dalam dekade terakhir.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com