TEHERAN, KOMPAS.com - Seorang gadis Iran berusia 16 tahun dalam keadaan koma dan dirawat di rumah sakit dengan penjagaan ketat setelah diduga diserang oleh polisi moralitas Teheran karena tidak mengenakan jilbab.
Hengaw, sebuah kelompok hak asasi yang berfokus pada Kurdi, mengatakan bahwa Armita Garawand terluka parah dalam sebuah serangan fisik yang parah oleh petugas polisi moralitas perempuan di metro Teheran.
Insiden ini telah membuat Iran gelisah, dengan banyak orang di negara itu melihat kesamaan dengan kasus Mahsa Amini, seorang wanita Kurdi yang kematiannya dalam tahanan polisi moralitas memicu gerakan protes nasional.
Baca juga: Terganggu Patung Jenderal, Tim Bola Arab Saudi Tolak Bertanding Lawan Iran
Protes yang berlangsung selama beberapa bulan ini mengguncang kepemimpinan ulama Iran, yang dipaksasemakin mereda setelah adanya tindakan keras yang, menurut para aktivis, telah menyebabkan ribuan orang ditangkap dan ratusan lainnya terbunuh.
Dilansir dari Yahoo News, Hengaw mengklaim bahwa Garawand mengalami luka-luka serius setelah ditangkap di stasiun metro Shohada di ibu kota Iran pada Minggu (1/10/2023).
Dikatakan bahwa dia dirawat di bawah pengamanan ketat di rumah sakit Angkatan Udara Fajr di Teheran dan saat ini tidak ada kunjungan yang diizinkan untuk korban, bahkan dari keluarganya.
Pihak berwenang Iran membantah bahwa pasukan keamanan terlibat dan mengklaim bahwa Gawarand pingsan karena tekanan darah rendah, yang membuatnya menabrak sisi gerbong kereta.
Garawand berasal dari kota Kermanshah, di Iran barat yang berpenduduk Kurdi, tetapi merupakan penduduk Teheran, kata Hengaw.
Kasus ini telah menjadi bahan diskusi yang intens di media sosial, dengan sebuah video yang diklaim menunjukkan insiden tersebut dibagikan secara luas.
Rekaman kasar tersebut tampaknya menunjukkan Garawand didorong ke dalam metro oleh agen polisi wanita sebelum dibawa keluar, tampaknya dalam keadaan tidak sadar, oleh teman-temannya.
Baca juga: Iran Jinakkan 30 Bom di Teheran dan Tahan 28 Orang Terkait ISIS
Masood Dorosti, direktur pelaksana sistem kereta bawah tanah Teheran, membantah bahwa ada konflik verbal atau fisik antara mahasiswi tersebut dan penumpang atau eksekutif metro.
"Beberapa rumor tentang konfrontasi dengan petugas metro ... tidak benar dan rekaman CCTV membantah klaim tersebut," kata Dorosti kepada kantor berita pemerintah IRNA.
Pada bulan Agustus, Alireza Zakani, wali kota Teheran, meluncurkan patroli baru untuk memastikan aturan penggunaan jilbab dipatuhi di sistem metro ibu kota.
Baca juga: Perempuan Iran Terancam Dipenjara 10 Tahun jika Dianggap Berpakaian Tak Pantas
Sejak saat itu, ada banyak laporan tentang petugas yang terlibat dalam konfrontasi kekerasan dengan perempuan yang menolak untuk mengenakan jilbab.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.