Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhamad Rosyid Jazuli
Peneliti

Peneliti di Paramadina Public Policy Institute, mahasiswa doktoral University College London, dan Pengurus PCI Nahdlatul Ulama UK.

Belajar Kesederhanaan dari Pemimpin di Negeri Singa

Kompas.com - 13/04/2023, 09:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA berbagai pemandangan tentang kemajuan dari negara tetangga satu ini. Berkelas dunia tata kota sampai level ekonomi warganya. Ya, Singapura memang hanya negara kota. Kompleksitasnya jauh lebih rendah ketimbang Indonesia. Akan tetapi, tak ada mudaratnya kita sejenak belajar darinya, khususnya tentang kesederhanaan pemimpinnya.

Kekuatan ekonomi per kapita Singapura lebih dari 10 kali lipat Indonesia. Produk domestik bruto (PDB) kita 4.000 dolar AS. Sementara, Singapura 60.000 dolar AS.

Negara yang tenar akan merlion atau singa lautnya itu terus menjadi tujuan investasi primadona di Asia. Arus masuk bersih investasi asing langsungnya (net inflow of foreign direct investment) mencapai 26,7 persen (2021). Sebagai pembanding, Malaysia 4,99 persen dan Indonesia 1,78 persen.

Tradisi kesederhanaan

Terlepas dari capaian di atas, para pemimpin Singapura senantiasa tampil sederhana, bahkan sejak pendirian negara ini. Pada masa awal kemerdekaan Singapura di 1960-an, mendiang bapak bangsanya, Lee Kuan Yew (LKY), lebih sering memilih penerbangan kelas ekonomi, bahkan untuk menghadiri Konferensi Negara Persemakmuran (Commonwealth Conference).

Baca juga: Mahathir Sebut Pribumi Kehilangan Pengaruh Politik di Malaysia, Prediksi Akan Seperti Singapura

Dia ingin menunjukkan kepada publik, inilah yang pada waktu itu bisa dicapai oleh ekonomi Singapura. Alhasil, kepercayaan masyarakat dan rekan-rekan internasional pada Singapura terbangun kokoh.

Di dalam negeri, masyarakat bersedia melakukan hal-hal yang sulit (doing tough things) untuk membantu kemajuan Singapura. Sebagai contoh, diawali tentangan sengit dari publik, kebijakan mewajibkan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pendidikan akhirnya diterima dengan baik di sana. Kualitas pendidikan mereka pun kini menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

Di luar negeri, sempat diremehkan, termasuk oleh Indonesia di awal kemerdekaannya, Singapura dengan kesederhanaan pemimpinnya berhasil mendapat simpati, dukungan, dan kepercayaan dari negara besar seperti Inggris, Amerika, dan Tiongkok.

Singapura kini jadi rujukan global dalam berbagai kebijakan seperti pendidikan, ekonomi, militer, dan hubungan internasional. Ekonominya menjadi magnet dunia, di mana banyak perusahaan teknologi dan finansial global membangun salah satu kantor pusatnya di sana, misalnya, Google dan Citi.

Kesederhanaan pemimpin Singapura nyatanya menjadi tradisi yang mengakar dan turun temurun. Di berbagai acara publik, termasuk debat di parlemen, para pemimpin Singapura selalu tampil sederhana.

Di salah satu thread Twitter yang sempat viral, dibahas berbagai jam tangan yang dipakai perdana menteri (PM) Singapura (setara presiden di Indonesia) dan jajarannya. Hampir semua mengenakan jam tangan sederhana.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menerima vaksin Covid-19 dari perawat senior Fatimah Mohd Shah di Singapore General Hospital (SGH), Jumat pagi (08/01/2021)Ministry of Communications and Information Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menerima vaksin Covid-19 dari perawat senior Fatimah Mohd Shah di Singapore General Hospital (SGH), Jumat pagi (08/01/2021)
Perdana menteri Singapura saat ini, Lee Hsien Loong, terlihat loyal dengan jam tangannya yang seharga sekitar Rp 2 juta (sebuah angka yang jauh dari kemewahan).

Satu waktu, dalam sebuah debat penting, PM Lee mengenakan kemeja pink longgar sederhana, jauh dari kesan mewah. Ia bahkan tak peduli publik melihat bagian ketiaknya basah. Santai saja dan perdebatan terus dilanjutkan.

Kesederhanaan pemimpin Singapura tentu disertai komitmen tinggi pada berbagai aspek penyelenggaraan negara: proses politik berbasis meritokrasi, efektivitas pembuatan kebijakan, dan penegakan hukum yang tak pandang bulu.

Baca juga: Mencontoh Naturalisasi Sungai di Singapura yang Efektif Atasi Banjir

Hasilnya, hingga hari ini Singapura terus menjadi salah satu negara paling bebas korupsi dan tempat paling mudah menjalankan bisnis. Di dunia, Singapura ranking 5 dalam Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index - CPI, 2022) dan ranking 2 dalam Kemudahan Menjalankan Bisnis (Ease of Doing Business - EoDB, 2020).

Presiden Joko Widodo saat melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong di Istana Kepresidenan Singapura, Singapura, Kamis (16/3/2023).dok. Sekretariat Presiden Presiden Joko Widodo saat melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong di Istana Kepresidenan Singapura, Singapura, Kamis (16/3/2023).
Momentum

Kesederhanaan pimpinan negeri tetangga itu nyatanya kontras dengan apa yang kita lihat di berbagai lini masa baru-baru ini di Indonesia. Kecongkakan dan kekejian seorang anak pejabat membuka tabir berbagai keglamoran dan kemewahan gaya hidup berbagai pimpinan kementerian/lembaga (K/L) di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com