KOMPAS.com - 26 Februari 1960, Pemerintah Uni Soviet melalui Perdana Menteri Nikita Khrushchev, mengumumkan hal penting.
Soviet menegaskan mendukung Indonesia, di bidang pembangunan maupun ekonomi. Hal ini amatlah penting bagi hubungan kedua negara.
Sebelumnya, sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia tak begitu dilirik Uni Soviet di masa kepemimpinan Stalin.
Bagaimana kisah kedekatan kedua negara, yang diinisiasi presiden pertama RI Soekarno dan Khrushchev? Dilansir berbagai sumber, berikut cerita selengkapnya.
Baca juga: Rusia Pakai Rudal Tua Era Soviet, Serangannya Banyak Meleset ke Situs Sipil Ukraina
Hubungan harmonis kedua negara mulai berkembang ketika usai Perang Dunia II. Pada 1950, Indonesia dan Uni Soviet menjalin hubungan diplomatik.
Soviet membutuhkan sekutu setelah perang, sedangkan Indonesia berupaya mencari dukungan demi menghilangkan bekas-bekas penjajahan Belanda.
Mengutip Russia Beyond The Headline, Pemerintah Soviet mulai membicarakan Indonesia di tingkat Komite Pusat (Partai Komunis Uni Soviet) pada 1955, ketika penandatanganan Dasasila Bandung dalam Konferensi Asia-Afrika.
Peristiwa itu menarik seluruh perhatian dunia. Nama Soekarno, mulai sering muncul di surat-surat kabar Soviet.
Baca juga: Invasi Uni Soviet ke Afganistan pada 1979 yang Picu Perang Saudara
Di tengah gencarnya Perang Dingin, Indonesia tetap bersikukuh tak memihak dan mempertahankan sikap non-bloknya.
Bahkan, Indonesia mempelopori Gerakan Non Blok (GNB) di Beograd, Yugoslavia. Inilah yang membuat Khrushchev membawa Uni Soviet semakin dekat dengan Indonesia.
Soekarno mendapatkan sambutan hangat dari PM Nikita Khrushchev.
Keduanya saling bertukar pikiran dan pendapat mengenai kondisi negara masing-masing.
Setelah Soviet menyatakan mendukung Indonesia pada 26 Februari 1960, berbagai kerja sama dilakukan, termasuk membantu angkatan bersenjata Indonesia.
Dana diguyurkan untuk mendukung perekonomian dan pembangunan di Indonesia.
Pada awal 1960, Soekarno mengundang delegasi Pemerintah Uni Soviet untuk berkunjung ke Indonesia.