Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ukraina Kirim 8.500 Tentara Buntut Panasnya Perbatasan Polandia-Belarus

Kompas.com - 12/11/2021, 11:23 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

KIEV, KOMPAS.com - Ukraina disebut mengirim 8.500 tentaranya ke garis depan, buntut panasnya situasi di perbatsaan Polandia dan Belarus.

Presiden Belarus Alexander Lukashenko sebelumnya mengancam bakal mencabut pengiriman gas alam ke seluruh Eropa.

Sebabnya Uni Eropa sudah melontarkan peringatan bakal menjatuhkan sanksi baru, dan menuding Minsk "mempersenjatai" migran ilegal.

Baca juga: Krisis Migran di Perbatasan Polandia-Belarus, Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui

Dikabarkan ribuan imigran dari Timur Tengah diarahkan pasukan Belarus di perbatasan, membuat Polandia mengerahkan 15.000 prajuritnya.

Sumber kepolisian lokal kepada Daily Mail mengungkapkan, tentara Belarus membuat lubang di pagar berduri.

Dampaknya, sekitar 400 migran, kebanyakan berasal dari Suriah dan Irak, masuk dan lari menuju ke Polandia.

Lithuania, Estonia, dan Latvia merespons ketegangan tersebut dengan merilis pernyataan gabungan yang mengecam Minsk.

Dilansir Kamis (11/11/2021), ketiga negara itu menyatakan "serangan hibrida" Minsk adalah insiden serius yang bisa berujung perang.

Ukraina yang bukan anggota Uni Eropa sangat khawatir, sehingga memberangkatkan 8.500 serdadunya ke perbatasan dengan Belarus.

Baca juga: Perbatasan Polandia-Belarus Memanas akibat Arus Ribuan Migran

Dalam pernyataan Kiev, mereka akan menggelar latihan perang skala besar, yang juga melibatkan 15 helikopter.

Rusia, yang merupakan sekutu dekat Minsk, menanggapi dengan mengirim dua pesawat pengebom selama dua hari beruntun.

"Jika (Uni Eropa) sampai menjatuhkan sanksi, maka kami harus merespons," kata Lukashenko, Presiden Belarus selama lebih dari 30 tahun tersebut.

Pemimpin yang berjuluk diktator terakhir "Benua Biru" itu mengatakan, dia sudah memberikan sikap hangat ke negara-negara Eropa.

Baca juga: Imbas Masalah Migran di Perbatasan Polandia-Belarus, Rusia Kirim Dua Pembom Nuklir

"Tapi mereka malah mengancam kami. Bagaimana jadinya jika kami memutuskan mencabut saluran gas alam," koarnya.

Lukashenko merujuk kepada saluran gas Yamal-Europe, salah satu dari tiga pipa utama Rusia ke "Benua Biru".

Pada Rabu (10/11/2021), para menteri Eropa sempat mengusulkan kebijakan yang populer di era mantan presiden AS Donald Trump.

Yakni membangun tembok untuk mengadang para migran, termasuk merumuskan sanksi untuk menekan Alexander Lukashenko.

Baca juga: Situasi Terkait Migran Makin Panas, Presiden Belarus Hina Polandia dan Uni Eropa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com