Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erdogan: Kebakaran Hutan di Turki Terburuk dalam Sejarah

Kompas.com - 05/08/2021, 11:06 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

MILAS, KOMPAS.com – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, negaranya sedang memerangi kebakaran hutan terburuk sepanjang sejarah.

Penyataan tersebut dilontarkan Erdogan ketika kebakaran hutan merembet hingga ke pembangkit listrik di barat daya Turki.

Di sisi lain, Reuters melaporkan bahwa kebakaran hutan di Turki menyebabkan kerusakan yang sangat besar.

Baca juga: Hari Ke-7 Kebakaran Hutan Turki, Pembangkit Listrik Terancam Kobaran Api Tak Terkendali

Dipicu oleh suhu tinggi dan angin kering yang kuat, kebakaran memaksa ribuan orang Turki dan turis asing meninggalkan rumah dan hotel di dekat pantai Aegea dan Mediterania.

Delapan orang tewas dalam kebakaran hutan yang terjadi sejak pekan lalu.

Pesawat dan lusinan helikopter diterjunkan untuk memerangi api. Namun, pemerintahan Erdogan menghadapi kritik atas skala dan kecepatan penanganannya.

Lebih dari sepekan setelah kebakaran pertama terjadi, kobaran api masih menyala di 16 titik pada Rabu (4/8/2021).

Baca juga: Kebakaran Hutan Melanda Turki, Orang-orang Melarikan Diri dari Rumah


"Kebakaran yang terjadi tahun ini tidak pernah terjadi dalam sejarah kami. Ini (kejadian) terbesar,” kata Erdogan kepada wartawan dalam wawancara yang disiarkan televisi.

Selain Turki, negara-negara tetangganya juga telah memerangi kobaran api yang dipicu oleh gelombang panas dan angin kencang.

Setelah melalap hutan, kobaran api merembet ke pembangkit listrik tenaga batu bara di Milas, Turki barat daya.

"Api telah memasuki pembangkit listrik," kata Wali Kota Milas Muhammet Tokat.

Baca juga: Korban Tewas akibat Kebakaran di Turki Capai 6 Orang

Sebelumnya, para pemerhati lingkungan mengaku prihatin dengan dampaknya jika api menjalar ke unit penyimpanan batu bara milik pembangkit listrik tersebut.

"Gas berbahaya dapat menyebar ke atmosfer jika batu bara terbakar secara tidak terkendali," kata seorang aktivis lingkungan Deniz Gumusel.

Ruang penyimpanan bahan bakar di pembangkit listrik tersebut kini sudah dikosongkan sebagai tindakan pencegahan, kata seorang reporter kantor berita Demiroren.

Selain itu, sebuah parit telah dibuat sebagai sekat bakar.

Baca juga: Kebakaran Hutan Turki Hanguskan Tempat Wisata, 4.000 Turis Dievakuasi

Pesawat pemadam kebakaran dari Spanyol dan Kroasia bergabung dengan tim dari Rusia, Iran, Ukraina, dan Azerbaijan untuk memerangi kobaran api setelah Turki meminta dukungan Eropa.

Partai-partai oposisi mengkritik Erdogan dan pemerintahnya karena memangkas tenaga dan sumber daya pemadam kebakaran selama bertahun-tahun.

Ribuan orang juga turun ke media sosial menyerukan agar Erdogan mundur, sementara yang lain mengkritik kurangnya sumber daya dan apa yang mereka sebut persiapan yang tidak memadai.

Sementara itu, pemerintah Turki membela responsnya terhadap kebakaran hutan, dengan mengatakan bahwa upayanya telah direncanakan dan dikoordinasikan.

Baca juga: VIDEO: Kebakaran Hutan Turki Merambat ke Kota, Ada 53 Titik Api, 3 Orang Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com